Sampit (ANTARA) - Kebakaran lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, sudah menghanguskan sekitar 100 hektare lahan gambut, bahkan sebagian masih dalam proses pemadaman dan pendinginan.
"Lahan tersebut terbakar dalam Juli 2019 dan kami perkirakan luasan lahan yang terbakar akan bertambah, karena di beberapa titik api sampai saat ini masih berkobar," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawatingin Timur Muhammad Yusuf di Sampit, Rabu.
Sebagian besar lahan yang terbakar tersebut berada di wilayah selatan Kabupaten Kotawaringin Timur, tepatnya di tiga kecamatan, yakni Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan dan Teluk Sampit.
Hingga Rabu (31/7) di Kotawaringin Timur, terpantau sebanyak 100 titik panas yang diduga akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Tim satuan tugas (Satgas) yang tergabung dalam Pos Komando Siaga Karhutla terus berupaya mengendalikan kebakaran hutan dan lahan agar tidak terus meluas.
"Pemadaman lahan yang terbakar di Kabupaten Kotawaringin Timur terkendala lokasi yang sulit dijangkau dan sulitnya mendapatkan air karena di lokasi rata-rata sungai sudah mengering," terangnya.
Yusuf mengatakan, untuk mengefektifkan dan mempermudah pemadaman kebakaran lahan, BPBD Kotawaringin Timur telah mengajukan permohonan bantuan untuk disiagakannya helikopter pengebom air di Bandara Haji Asan Sampit.
Kolaborasi pemadaman yang dilakukan dari darat dan udara diharapkan dapat mempercepat dan mempermudah proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
"Permohonan kamu telah disetujui Gubernur Kalteng. Jika tidak ada perubahan jadwal maka mulai besok, Kamis (1/8) helikopter pengebom air tersebut akan siaga di Bandara Haji Asan Sampit," ucapnya.
Helikopter pengebom air tersebut disiagakan untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur dan Seruyan.
Bantuan pemadaman kebakaran hutan dan lahan dari udara diharapkan dapat lebih mempermudah pengendalian dan pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
Dikatakannya, kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur saat ini 90 persen diduga memang dengan sengaja dibakar oleh oknum masyarakat yang membuka lahan pertanian maupun kepentingan lain.
"Dibutuhkan kesadaran dari masyarakat untuk tidak membakar lahan saat membuka lahan pertaniannya. Puncak kemarau di Kabupaten Kotawaringin Timur diperkirakan akan terjadi pada Agustus-September 2019. Perlu kewaspadaan semua pihak agar karhutla tidak meluas," demikian Yusuf.
Baca juga: Kepala BRG : Sekat kanal efektif minimalisir lahan gambut terbakar
Baca juga: Sepuluh hektare lahan di perbatasan Taman Nasional Tesso Nilo terbakar
Baca juga: Belasan hektare lahan gambut pinggiran Kota Pekanbaru terbakar
Pewarta: Kasriadi/Untung Setiawan
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019