Mekkah (ANTARA) - Penggunaan kartu perdana seluler lokal di Arab Saudi selama pelaksanaan ibadah haji tidak direkomendasikan, jamaah justru disarankan untuk tetap menggunakan kartu telekomunikasi Indonesia.
“Saya selaku konsul haji pada waktu musim pertama itu tidak memberikan satupun rekomendasi terhadap tiga perusahaan (telekomunikasi) itu. Alasannya, ini kompetisi biarkan saja mereka berkompetisi di lapangan sehingga mereka ada yang ke embarkasi ke Indonesia dan ke asrama-asrama,” kata Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2019 Endang Jumali di Kota Mekkah, Rabu.
Ia sempat mengirimkan surat protes terkait kondisi bandara yang sempat terkendala adanya pemasar (marketer) dari STC, Mobily, dan Zain.
Protes yang dikirimkan kepada Kementerian Haji Arab Saudi itu mendapatkan respon dan ditindaklanjuti dengan penertiban oleh tentara baret merah. “Penertiban cukup luar biasa sehingga aksi-aksi pemasar tersebut berkurang bahkan sekarang ada aturan tidak boleh mencegah, tidak boleh mencegat, atau menghalangi jamaah yang baru tiba sehingga mereka tidak terganggu,” katanya.
Dia tidak memberikan rekomendasi kepada satu pun dari perusahaan itu untuk menghindari monopoli dan persaingan usaha antara mereka.
“Kalau kita berikan rekomendasi salah satu dari tiga perusahaan itu tentu ada monopoli, tentu dari sikap kami yang memberikan kebebasan karena ini adalah usaha mereka akhirnya berkompetisi di bandara dan hotel-hotel karena tidak kami berikan secara khusus rekomendasi salah satu dari tiga perusahaan,” katanya.
Keberadaan salah satu operator seluler Arab Saudi di Embarkasi Jakarta, misalnya disebut oleh Endang boleh jadi merupakan rekomendasi dari Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag di Jakarta.
“Ya tentu di embarkasi sudah diberikan rekomendasi dari PHU Jakarta, kami di sini selaku teknis urusan haji tidak memberikan rekomendasi pada tiga perusahaan itu,” katanya.
Sampai sejauh ini, jamaah Indonesia banyak yang mengeluhkan kartu perdana seluler lokal yang mereka beli dari salah satu operator seluler yang membuka loket di Embarkasi Jakarta tidak bisa digunakan atau bahkan hanya untuk ditop up.
“Karena finger print mereka berbeda, jadi ketika kami berikan rekomendasi, katakanlah pada Zain, maka finger print yang di Zain tak bisa ke STC dan Mobily. Maka ketika dibebaskan, bisa terjadi dua finger print jadi tak aktif salah satunya,” katanya.*
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019