Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Senin, melemah karena pelaku pasar kembali membeli dolar AS, setelah melihat mata uang asing itu menguat di pasar regional terhadap mata uang Jepang, Yen. "Kenaikan dolar AS di pasar regional terhadap yen memicu pelaku pasar berspekulasi membeli dolar yang mendorong mata uang asing itu menguat terhadap rupiah," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, Senin. Menurut dia, meski rupiah hari ini terpuruk, namun posisinya masih dalam level yang aman. Apalagi melihat pergerakannya selama pekan ini cenderung berada dalam kisaran yang sempit antara Rp9.200 sampai Rp9.225 per dolar AS. "Kami memperkirakan pergerakan rupiah masih dalam kisaran sempit, karena belum ada faktor kuat yang mendorong atau menekan pergerakan mata uang Indonesia itu," ucapnya. Rupiah agak tertahan oleh aksi Bank Indonesia (BI) yang tidak menaikkan suku bunga acuan (BI Rate), apabila BI menaikkannya maka kemungkinan besar rupiah akan makin terpuruk, karena gejolak negatif pasar akan semakin meluas. Kenaikan BI Rate memberikan dampak negatif yang besar baik terhadap suku bunga kredit perbankan yang mengakibatkan daya beli masyarakat makin berkurang, ucapnya. Ia juga mengatakan, greenback atau dolar AS terhadap yen menguat, karena aksi beli investor Jepang di pasar Asia, setelah akhir pekan lalu terpuruk akibat data tenaga kerja AS yang merosot. Karena itu investor Jepang membeli dolar itu yang menekan yen sehingga mengalami penurunan sebesar 0,9 persen menjadi 102,43 dan euro menguat 0,5 persen menjadi 160,57 yen. Rupiah pada sesi sore kemungkinan masih melemah, karena sentimen positif pasar masih belum muncul dan keluarnya dana asing yang ditempatkan pada obligasi pemerintah juga memberikan tekanan negatif. Dana asing di surat utang pemerintah dialihkan ke pasar komoditas untuk mencari gain yang lebih besar. Apalagi pertumbuhan ekonomi nasional yang agak lesu, akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi global membuat mereka makin menjauhi pasar domestik. Investor asing saat ini cenderung bermain di pasar saham yang harganya relatif sudah rendah seperti di Thailand dan Filipina, setelah pasar saham Indonesia beberapa lama meningkat pesat (booming), ucapnya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008