Tokyo (ANTARA) - Kurs dolar AS bertahan stabil di perdagangan Asia pada Rabu pagi, karena pasar melihat ke depan untuk hasil pertemuan Federal Reserve hari ini, yang diperkirakan akan memangkas suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2008.
Dengan pasar memprediksi Fed akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 basis poin, fokus utamanya adalah apakah bank sentral AS itu akan membiarkan pintu terbuka untuk pelonggaran kebijakan lebih lanjut dalam upaya untuk melindungi ekonomi terbesar dunia dari perlambatan pertumbuhan global dan dampak konflik perdagangan.
"The Fed kemungkinan akan mencoba dan tidak menghancurkan prospek penurunan suku bunga di waktu mendatang yang dipegang oleh pasar. Tetapi pada saat yang sama Ketua (Jerome) Powell tentu saja tidak dalam posisi untuk menjanjikan pemangkasan yang akan datang, jadi dia diharapkan untuk menjaga kata-katanya seringkas mungkin," kata Yukio Ishizuki, ahli strategi mata uang senior di Daiwa Securities.
"Setiap referensi kebijakan yang tidak jelas akan memberikan dolar dengan kenaikan ekstra karena hal itu akan lebih meningkatkan harapan pelonggaran yang berlebihan."
Alat FedWatch CME menunjukkan 78 persen dari para pedagang memperkirakan penurunan 25 basis poin. Tetapi 22 persen sisanya masih melihat pemotongan 50 basis poin sebagai kemungkinan.
Suku bunga dana federal (FFR) saat ini ditetapkan dalam kisaran 2,25 persen hingga 2,50 persen. Pedagang berjangka yang terikat dengan kurs telah memberi harga pada penurunan persentase poin penuh pada akhir tahun depan.
Indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya sedikit berubah di 98,036 setelah mundur dari tertinggi dua bulan di 98,206 yang disentuh pada Selasa (30/7/2019).
Greenback diperdagangkan lebih rendah di level 108,530 yen, dan euro naik tipis 0,05 persen menjadi 1,1159 dolar AS. Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), pada Selasa (30/7/2019) membuat pengaturan kebijakan stabil meskipun beberapa mencurigai langkah untuk lebih melonggarkan kondisi moneter mungkin tidak jauh.
Pound, yang telah jatuh minggu ini karena investor bergegas untuk mempertimbangkan kemungkinan Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, berhasil agak stabil.
Sterling diperdagangkan 0,1 persen lebih tinggi pada 1,2157 dolar AS, merangkak kembali dari palung 28-bulan di 1,2120 dolar AS pada Selasa (30/7/2019).
Masalah untuk mata uang Inggris, yang telah kehilangan 4,3 persen pada Juli, masih terlihat jauh dari selesai ketika perdana menteri baru Inggris Boris Johnson mengambil alih dengan agenda eksplisit menarik negara keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober, apakah perjanjian perdagangan transisional sudah ada atau belum.
Baca juga: Khawatir Brexit tanpa kesepakatan, kurs poundsterling bertahan di Asia
Baca juga: Dolar AS bertahan di perdagangan Asia jelang data ekonomi utama China
Baca juga: Tunggu laporan pekerjaan AS, dolar stabil di perdagangan Asia
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019