Washington (ANTARA News) - Melakukan puasa beberapa hari dapat melindungi pasien dari sejumlah efek samping kemoterapi kanker yang berbahaya dan tak menyenangkan, demikian dikatakan oleh sejumlah ahli, Sabtu. Para peneliti mengatakan mereka telah memeberikan kepada hewan percobaan tikus dosis tinggi kemoterapi setelah sebagian dibiarkan berpuasa dan sebagian lagi diberi makan. Kelompok tikus yang berpuasa dapat bertahan hidup sementara yang diberi makan didapatkan mati, demikian mereka melaporkan hasil penelitiannya ke National Academy of Sciences. Para peneliti menekankan bahwa jangan melakukan hal itu dulu karena harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Namun dikatakan hasil temuan tersebut setidaknya membuka jalan bagi penggunaan chemotherapi secara lebih efektif membunuh sel tumor sementara tetap mempertahankan sel yang sehat. "Para dokter yang mengobati pasiennya mengatakan apabila hal tersebut berhasil maka cara itu akan dianjurkan kepada para pasiennya," kata Viktor Longo dari Universitas California selatan. "Para pasien semuanya mengatakan mereka merasa sangat tidak nyaman setelah menjalani chemotherapi dan mereka mengalami penurunan berat badan yang drastis karena rasa mual dan tidak enak yang diakibatkan setelah menjalani pengobatan itu." Kini Longo mengatakan pihaknya akan mempersiapkan uji klinis terhadap manusia." Namun Longo dan rekan-rekannya terlebih dahulu menguji tes ragi , dan setelah itu baru tes pada sel manusia di cawan laboratorium. Mereka menemukan sel manusia yang sehat yang lapar akan zat makanan dapat bertahan dari kondisi setelah chemotherapi namun sel kanker tidak. "Secara teori hal itu membuka peluang baru bagi perawatan dan penanganan yang akan membolehkan pemberian dosis chemo yang lebih tinggi ." "Cara itu merupakan satu pendekatan pengobatan yang baru yang pantas untuk dilakukan keberhasilan uji klinisnya," kata peneliti kanker Pinhas Cohen dari Universitas California, Los Angeles yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. Longo merasa heran apabila reaksi dari sel yang kelaparan tersebut dapat merupakan solusi untuk membedakan sel tubuh yang sehat dengan sel kanker. Seorang ahli kanker mengatakan berpuasa beberapa hari lamnya tak akan membahayakan pasien kanker. "Hal itu dapat diterapkan pada hampir sebagian besar pasien," kata Dr David Quinn dari Universitas California selatan," demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008