Sekretaris Daerah Kota Sabang Zakaria di Banda Aceh, Selasa, menyebutkan simulasi merupakan upaya meningkatkan kesiapsiagaan bencana.
Menurut dia, Kota Sabang termasuk daerah rawan bencana yang berpotensi menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda. Untuk itu perlu membangun pemahaman, kesadaran, kepedulian dan tanggung jawab semua pihak tentang pentingnya upaya penanganan bencana.
Ia mengatakan tanggung jawab penanggulangan bencana tidak hanya berada di pundak pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab sektor swasta dan juga masyarakat sesuai dengan amanat undang-undang.
Menurut Zakaria, tidak ada yang mampu menjamin daerahnya bebas dari bencana. Simulasi gempa dan tsunami ini, merupakan upaya meyakinkan bahwa sistem mitigasi bencana berjalan dengan baik.
"Sudah saatnya pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat memiliki komitmen bersama untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam manajemen penanggulangan bencana," ujarnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek menyebutkan pihaknya mengirimkan 10 personel untuk menyukseskan kegiatan tersebut.
Dia mengatakan simulasi gempa dan tsunami sengaja digelar di lokasi wisata untuk menyiapkan upaya penyelamatan terhadap wisatawan dan warga setempat.
"Sebelumnya telah dibuat regulasi, skenario, rambu-rambu evakuasi juga lokasi titik kumpul. Beberapa hari lalu juga telah dilaksanakan survei," kata Dadek.
Kegiatan simulasi (drill) bencana ini diikuti sedikitnya 500 orang yakni dari masyarakat, personel TNI dan Polri, anggota Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI), SAR, organisasi pemuda dan perwakilan ASN di lingkup Pemerintah Kota Sabang.
Baca juga: Aceh tingkatkan kesiagaan dengan simulasi tsunami berkala
Baca juga: Pelajar Aceh Barat latihan hindari dampak tsunami
Baca juga: Seribuan Warga Ikut Simulasi Hindari Tsunami
Pewarta: Irman Yusuf
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019