Mataram (ANTARA) - Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) di Provinsi Nusa Tenggara Barat saat ini berada pada posisi 11 secara nasional atau meningkat dibandingkan tahun 2013 yang masih berada pada posisi 19 dari seluruh provinsi di Indonesia.
"Berdasarkan data resmi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Juli 2019, IPKM kita naik dari urutan 19 di tahun 2013 menjadi urutan 11," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, Nurhandini Eka Dewi di Mataram, Selasa.
Meningkatnya IPKM menunjukkan perbaikan kualitas kesehatan masyarakat NTB. IPKM sendiri digunakan untuk memonitor keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat dan melihat penentuan peringkat provinsi dan kabupaten/kota. Dikeluarkannya nilai indeks ini juga untuk melihat perkembangan status kesehatan masyarakat kabupaten/kota di Indonesia khususnya di NTB.
Data yang digunakan untuk menyusun IPKM yakni Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, Potensi Desa (Podes) 2018, dan Susenas Maret 2018 terintegrasi Riskesdas 2018, ujar dr. Eka.
Baca juga: Delapan rumah sakit di NTB turun kelas
Angka peningkatannya-pun kata Kadikes ini cukup signifikan. Yakni dari 0,5236 pada tahun 2013 menjadi 0,6190. Nilai Sub Indeks tertinggi adalah penyakit menular dengan skor 0,8890 dan yang terendah adalah pelayanan kesehatan 0,4574.
"Sebagian besar sub indeks mengalami peningkatan. Namun peningkatan tertinggi pada sub indeks kesehatan lingkungan. Artinya terjadi kondisi membaik pada indikator penyusun sub indeks kesehatan lingkungan," jelasnya.
Ia menambahkan, peningkatan yang cukup bermakna juga terlihat pada sub indeks penyakit menular, perilaku, dan kesehatan reproduksi. Satu sub indeks yang mengalami penurunan yaitu sub indeks penyakit tidak menular. Artinya, terjadi kondisi yang memburuk pada indikator penyusun sub indeks penyakit tidak menular.
Untuk IPKM dengan peringkat tertinggi secara nasional masih melekat pada provinsi Bali. Artinya, Masyarakat Provinsi Bali hidup paling sehat dan lebih berpeluang panjang umur. Sementara IPKM terendah disandang oleh Provinsi Papua.
Meskipun mengalami peningkatan, mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah ini, mengingatkan tetap harus menjadi perhatian, karena nilai IPKM NTB masih mendekati nilai minimal. Hal ini menunjukkan masih banyak kabupaten/kota yang nilainya pada kelompok minimal.
"Ada beberapa pergeseran di urutan kabupaten/kota. Kota Mataram turun ke urutan kedua, diganti oleh Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) sebagai peringkat satu," ucap Eka.
Kabupaten Lombok Timur menjadi terendah di Provinsi NTB dengan skor IPKM 0,5914. Kemudian Kabupaten Bima dengan skor 0,6006.
Baca juga: Kemenkes upayakan rekonstruksi fasilitas kesehatan di Lombok
"Lombok Timur turun dari peringkat 8 di NTB pada tahun 2013, menjadi peringkat 10 atau terakhir saat ini," tambahnya.
IPKM tertinggi yaitu KSB memiliki skor 0,6964, meningkat dari sebelumnya pada urutan ketiga di NTB. Selanjutnya urutan kedua Kota Mataram dengan skor 0,6724, diikuti Kabupaten Lombok Utara (KLU) dengan skor 0,6436. Kemudian urutan berikutnya kita Bima, Lombok Barat, Sumbawa, Lombok Tengah, Dompu, kabupaten Bima dan barulah terakhir Lombok Timur.
Untuk skala nasional, kabupaten/kota mengalami lonjakan peringkat yang cukup baik.
"Dalam urutan di tingkat nasional terjadi lonjakan prestasi kabupaten/kota di NTB. Karena KSB menduduki posisi 6 nasional, sebelumnya kabupaten/kota NTB hanya menduduki peringkat 20-an," jelasnya.
Meski kabupaten Lombok Timur menjadi peringkat terendah di NTB, namun di tingkat nasional sudah berada pada posisi 240. Di mana pada tahun 2013, kabupaten/kota NTB di peringkat 200 sampai 300-an.
"Jadi secara keseluruhan terjadi peningkatan IPKM NTB, baik di tingkat kabupaten/kota maupun tingkat provinsi," katanya.
Baca juga: Kemenkes kirim 60 dokter ortopedi ke Lombok
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019