Jakarta (ANTARA) - Duta besar (Dubes) Thailand untuk Indonesia, Songphol Sukchan mengatakan pendidikan adalah kunci bagi negara ASEAN, khususnya masyarakat Indonesia, untuk berjuang maju dan menciptakan keberlanjutan lingkungan.

Sukchan mengutip pernyataan Nelson Mandela bahwa pendidikan adalah senjata yang lebih kuat dibandingkan apapun jika digunakan untuk mengubah dunia.

"Hari ini sumber daya alam di dunia menipis karena pertumbuhan populasi manusia, urbanisasi, dan peningkatan konsumsi dan limbahnya," ujar Sukchan di Jakarta, Selasa.

Diramalkan pada 2050, populasi urbanisasi akan meningkat 66 persen. Akibatnya, penambangan sumber daya alam akan semakin meningkat dua kali lipat. Konsumsi material akan tumbuh sekitar 90 miliar ton dan limbah padat yang dihasilkan 2,2 miliar ton di tahun 2025.

Sukchan mengatakan bagaimana generasi mendatang khususnya di Indonesia bisa hidup dengan kondisi demikian, semua ditentukan dari cara menyadarkan generasi muda untuk peduli pada lingkungan.

"Saya berharap beasiswa SCG Sharing The Dream dapat memberikan kehidupan lebih baik bagi masyarakat Indonesia di masa depan," ujar dia.

Menurut Sukchan, bantuan dana pendidikan yang diberikan Siam Cement Group (SCG) Indonesia merupakan salah satu cara menyadarkan generasi muda di Indonesia untuk peduli dan mengerti kondisi alam yang memerlukan daur ulang.

"Kita tidak boleh melanjutkan pola konsumsi yang sama seperti saat ini. Dengan tantangan global yang sedang dihadapi, kita perlu mengubah cara pandang menuju pembangunan ekonomi dari barang daur ulang (sirkular). Kita hidupkan produksi dengan prinsip ekonomi bebas limbah, karena sampah sama pentingnya dengan makanan. Sampah tidak boleh terbuang ata disia-siakan," ujar dia.

Menurut Sukchan, ekonomi sirkular akan menciptakan nilai ekonomis karena dapat meminimalkan pembuangan limbah dan memaksimalkan penggunaan barang dengan remanufaktur. Jika diterapkan pada skala nasional dapat meningkatkan daya saing industri.

"Saya harap Indonesia, dan negara-negara lain di ASEAN mengadopsi pendekatan yang sama yaitu konsumsi berkelanjutan, produksi ramah lingkungan, dan manajemen limbah," ujar Sukchan.

Human Resources Manager SCG Indonesia, Fauzan Oktarina Inak yang juga turun langsung dalam proses seleksi beasiswa menjelaskan bantuan dana pendidikan itu diberikan kepada 400 pelajar SMA sederajat dan 10 mahasiswa di Indonesia dengan jumlah bantuan Rp2.000.000 untuk SMA dan Rp8.000.000 untuk mahasiswa.

"Perusahaan menyediakan ratusan beasiswa setiap tahunnya di wilayah di mana SCG beroperasi yakni Jakarta, Tangerang Selatan, Karawang, Sukabumi, Bogor dan Lebak," ujar Fauzan.

Sejak diluncurkan pada 2012, SCG Sharing the Dream telah memberikan beasiswa kepada 2.700 pelajar berprestasi (kelas 10-12) dan mulai tahun 2018, beasiswa diberikan juga kepada 10 mahasiswa dengan catatan akademik dan non-akademik yang baik, moral yang baik terhadap keluarga, serta memiliki keinginan yang kuat untuk mengejar pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Tahun 2019, lebih dari 1.000 pendaftar beasiswa SCG Sharing the Dream diharuskan untuk membuat sebuah esai dengan tema “Bagaimana kamu mulai mengembangkan perilaku daur ulang untuk membuat hidupmu menjadi lebih baik”.

Melalui tema ini, SCG ingin membangun kesadaran generasi muda akan konsep ekonomi sirkular, dan lebih jauh lagi, dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

"Yang jadi sampah bagi seseorang bisa menjadi berharga bagi orang lain," kata Fauzan.

Baca juga: SCG Indonesia optimistis kembangkan ekonomi sirkular di Indonesia
Baca juga: Menperin dorong SCG realisasikan investasi senilai 600 juta dollar

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019