Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta sesi sore masih terpuruk di atas Rp9.200 per dolar AS, karena pasar negatif, setelah Bank Indonesia (BI) tetap mematok suku bunga acuan (BI Rate) pada angka 8 persen. "BI tidak mungkin menurunkan BI Rate terkait dengan tingginya inflasi Maret yang mencapai 0,95 persen naik tajam dibanding bulan lalu hanya 0,65 persen," kata pengamat pasar uang Edwin Sinaga di Jakarta, Jumat. Menurut dia, rupiah juga bergerak dalam kisaran yang sempit antara Rp9.220 sampai Rp9.230 per dolar AS, bahkan sempat di bawah angka Rp9.200 per dolar AS kemudian melemah di atas Rp9.200 per dolar AS. Hal ini menunjukkan aktivitas pasar agak lesu karena sebagian pelaku asing yang merupakan pendorong aktifnya pasar sudah memindahkan dananya ke pasar lain, katanya. Menurut dia, merosotnya rupiah juga karena melemahnya pasar saham regional seperti indek Nikkei Jepang yang merosot karena pelaku asing menahan diri untuk masuk ke pasar menunggu laporan tenaga kerja AS. Pasar domestik juga sedang menunggu pemilihan calon gubernur BI yang sampai saat ini masih belum terpilih, ucapnya. Ia mengatakan posisi rupiah yang berada di atas angka Rp9.200 per dolar AS sebenarnya masih cukup aman dalam kisaran yang sempit. Jadi posisi rupiah masih stabil belum mengkhawatirkan, ujarnya. Menurut dia, merosotnya rupiah juga karena melemahnya pasar saham regional seperti indek Nikkei Jepang yang merosot karena pelaku asing menahan diri untuk masuk ke pasar menunggu laporan tenaga kerja AS. Pasar domestik juga sedang menunggu pemilihan calon gubernur BI yang sampai saat ini masih belum terpilih, ucapnya. Rupiah, lanjut dia, pada hari berikutnya masih akan terkoreksi, karena di pasar domestik masih belum muncul isu positif yang mendorong mata uang Indonesia menguat. "Kami memperkirakan rupiah akan bisa mendekati angka Rp9.250 per dolar AS melihat kecenderungan pasar bahwa faktor negatif makin menekannya," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008