Jakarta (ANTARA News) - Menghadapi kondisi perekonomian nasional yang tertekan gejolak ekonomi global, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta dunia perbankan memperkuat kelembagaan. Pada acara makan siang dengan para Direktur Utama bank-bank nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, Presiden mengharapkan kontribusi bank-bank nasional untuk memperkuat kelembagaan yang merupakan kewajiban mereka dalam arsitektur perbankan. "Sesuai dengan restrukturing, reformasi, dan inovasi. Peran dan fungsi perbankan untuk gerakan ekonomi, sektor riil dengan pemberian pinjaman yang nyata dan tepat," kata Presiden. Dalam acara itu, Presiden juga menyampaikan agar terjadi komunikasi tiga arah yang baik antara perbankan, pemerintah dan Bank Indonesia. "Jangan jalan masing-masing. Sehingga kalau ada apa-apa bisa kita carikan solusinya," ujarnya. Menghadapi kenaikan harga pangan di tingkat dunia dan krisis energi, Presiden juga meminta agar kaum perbankan turut berkontribusi kepada dunia usaha di bidang pangan dan energi. "Dalam kaitan itu saya minta tidak perlu saling menunggu antara dunia usaha dan perbankan," katanya. Dari hitungan apa pun, lanjut Presiden, kontribusi dunia perbankan dalam dua bidang itu akan bermanfaat besar bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. "Saya meminta kontribusi kebersamaan dengan pihak perbankan untuk alirkan `capital`," pintanya. Sementara itu, Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono, mengatakan jika pemerintah ingin mengejar pertumbuhan ekonomi 6,4 persen dan berharap sektor riil bergerak, maka harus ada prioritas-prioritas sektor yang ingin didorong, pertumbuhannya oleh pemerintah. "Kita harus sepakat fokusnya, artinya ada prioritas pada sektor-sektor yang akan didorong. Dengan demikian, nantinya akan membuat bank-bank tertarik untuk membiayai ini," tuturnya. Pemerintah, lanjut Sigit, harus memprioritaskan sektor ekonomi tertentu yang menjadi perhatian guna ditumbuhkan lebih dari sektor yang lain. Perbankan, kata dia, pada prinsipnya bergerak di belakang dunia usaha. Sehingga, Sigit berharap pemerintah selalu memberi iklim kondusif bagi para pengusaha yang bergerak dalam sektor yang diprioritaskan tersebut. "Jadi, dunia usahanya dulu. Kalau tidak ada permintaan kredit dari usaha untuk investasi, maka tidak ada permintaan kredit. Jadi, bank di belakang dan yang di depan adalah sektor riilnya," ujar Sigit. Ia menilai langkah presiden yang mengundang dunia perbankan untuk berkomunikasi setelah pekan lalu berdialog dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) merupakan langkah yang tepat.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008