Beijing (ANTARA News) - Penyelenggaraan Olimpiade 2008 di Beijing, pada 8-24 Agustus 2008, dibayang-bayangi pemboikotan sejumlah negara dan atlet. Olimpiade ke-29 itu pun tampaknya akan bernasib sama dengan Olimpiade musim panas 1976, 1980 dan 1984 yang juga dicemari pemboikotan. Olimpiade Montreal 1976 diboikot 28 negara Afrika setelah Panita Penyelenggara Olimpiade (IOC) menolak melarang Selandia Baru yang mengizinkan tim rugby "All Blacks" melakukan tur ke Afrika Selatan. Amerika Serikat memboikot Olimpiade Moskow 1980 sebagai protes terhadap invasi Uni Soviet ke Afghanistan, yang disusul pemboikotan pimpinan Uni Soviet terhadap Olimpiade Los Angeles 1984. Kini Olimpiade juga akan "dikotori" oleh pemboikotan ketika sejumlah masyarakat dunia menganggap Pemerintah China melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan kekerasan di Lhasa, ibukota Tibet. "Olimpiade bukanlah gelanggang untuk membicarakan isu politik, tetapi merupakan ajang meningkatkan prestasi dan olahraga antar sesama atlet dunia," kata Jurubicara Kementrian Luar Negeri (Kemlu) China, Jiang Yu. Mengenai adanya ancaman pemboikotan Olimpiade terkait kerusuhan di Lhasa, Tibet, dia mengatakan seharusnya masalah politik tidak dikaitkan dengan olahraga, karena hal itu sangat tidak sesuai dengan semangat Olimpiade. "Olimpiade 2008 mendatang ini bukan hanya milik rakyat China semata, tetapi milik rakyat seluruh dunia, ketika para atlet dari berbagai negara berkumpul untuk berlomba," katanya menegaskan. Ia juga menyesalkan apabila ada pihak-pihak terkait, termasuk dari para pejabat di pemerintahan, yang mengecam tindakan kekerasan di Tibet, dan meminta agar pemerintahnya tidak mengirimkan atletnya ke Beijing untuk ikut Olimpiade. Dia mengatakan, sekalipun China mendapat tekanan cukup berat yakni berupa ancaman pemboikotan dari berbagai pihak, namun ia menegaskan bahwa seluruh rencana persiapan telah dilakukan sesuai dengan jadwal. "Sekalipun China mendapat tekanan dari berbagai pihak yang ingin mengancam penyelenggaraan Olimpiade, tapi penyelenggaraan pesta olahraga tetap berjalan sesuai dengan rencana. Persiapan untuk itu telah berjalan dengan matang," tegas Jiang Yu. "Saya mengimbau kepada masyarakat Indonesia hendaknya untuk tidak ikut-ikutan mengkaitkan masalah politik yang terjadi di Tibet dengan Olimpiade 2008, apalagi sampai ikut-ikutan melakukan pemboikotan," kata Duta Besar RI untuk China, Sudrajat Ia mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sejumlah atletnya akan ikut bertanding dalam beberapa cabang Olimpiade dan rencana tersebut hendaknya bisa terus terealisasi hingga pelaksanaan pesta olahraga akbar itu Menurut dia, ia kurang setuju dengan adanya orang yang selalu mengaitkan kegiatan olahraga dengan kepentingan politik dalam bentuk apapun, karena olahraga dan politik merupakan dua hal yang sangat berbeda. "Saya berpendapat olahraga harus dikaitkan dengan olahraga dan kalau ada pihak yang ingin membicarakan politik maka politik adalah hal di luar olahraga. Jika masyarakat selalu mencampuradukkan antara olahraga dan poltik maka tidak akan pernah rapi dan teratur sebagai masyarakat dunia," kata Sudrajat. Terkotak-kotak Masyarakat dunia pun "terkotak-kotak" dengan berbagai sikap dan pendapat mengenai Olimpiade 2008, antara yang menentang dan memboikot, tak terkecuali pimpinan dunia, atlet, maupun produser film. Produser film asal Amerika Serikat, Steven Spielberg misalnya, menarik diri sebagai penasehat artistik acara pembukaan dan penutupan Olimpiade Beijing, karena menilai China telah melanggar HAM. Hampir separuh atlet Prancis, yang akan bertanding di Olimpiade, akan mendukung seruan presidennya untuk memboikot upacara pembukaan pesta olahraga tersebut, sebagai isyarat protes terhadap Cina, demikian menurut pengumpulan pendapat umum. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy baru-baru ini mengisyaratkan bahwa ia bisa memboikot upacara pembukaan Olimpiade 2008 guna memprotes reaksi kekerasan China terhadap demonstrasi baru-baru ini di Tibet. Menurut pengumpulan pendapat umum yang disiarkan majalah bebas "Sport", Jumat, sebanyak 43 persen atlet, termasuk banyak yang bernama besar, akan mendukung presiden mereka. Sebanyak 31,5 persen akan menentang boikot semacam itu, sementara 25,5 persen tidak memberi komentar. Pengumpulan pendapat umum itu diambil dari 126 atlet yang telah lolos ke Olimpiade, atau dalam proses kualifikasi, untuk ikut Olimpiade di Beijing itu. Sebanyak 86 persen yang dimintai pendapatnya mengatakan mereka akan secara terbuka menunjukkan dukungan mereka pada perjuangan Tibet, dan pegakuan pada hak asasi manusia. Sementara sejumlah pimpinan negara dan atlet yang mendukung penyelenggaraan Olimpiade 2008 pun tidak kalah derasnya dan bahkan mengecam sikap sejumlah negara dan atlet yang memboikot. Dukungan Olimpiade antara lain datang dari Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown misalnya. Dia mengatakan Olimpiade adalah kegiatan olahraga yang penting dan besar pengaruhnya bagi dunia. Dia mengonfirmasi akan mewakili Inggris pada Olimpiade 2008 dan akan hadir pada acara pembukaan ketika obor Olimpiade tiba di Inggris, 6 April 2008. Perdana Menteri Denmark, Anders Fogh Rasmussen, mengatakan bahwa pemerintahnya menolak tindakan boikot Olimpiade Beijing dan mewakili keluarga kerajaan Denmark dan pemerintah akan menghadiri kegiatan pada Agustus 2008. "Olahraga harusnya tidak dicampur dengan politik," katanya seraya menambahkan Denmark akan mengirimkan delegasi ke Beijing untuk mendukung partisipasi atletnya ke ajang olahraga itu. Menlu Denmark, Per Stig Moeller, mengatakan bahwa ketika menghadiri suatu pertemuan menlu Uni Eropa di Slovenia disebutkan bahwa suatu kesalahan untuk mengancam pemboikotan Olimpiade dan boikot akan menyakiti masyarakat China secara mendalam. Pada Jumat pekan lalu, PM Slovakia Robert Fico mengatakan boikot Olimpiade Beijing adalah tindakan tanpa arti. Menurut Juru Bicara Kepresidenan Slovakia Marek Trubac, Presiden Slovakia Ivan Gasparovic yakin olahraga harus berlangsung dan suatu tindakan boikot hanya akan menyakiti atlet. Menteri Masalah dan Kerjasama Luar Negeri Spanyol Miguel Angel Moratinos mengatakan negaranya akan menghadiri Olimpiade 2008 di Beijing. "Olimpiade adalah panggung terbaik untuk mengurangi sejumlah kontroversi dan untuk memulai dialog dan sebaiknya kita tidak melakukan pemboikotan," katanya. Hal sama dilakukan juga oleh Menlu Australia Stephen Smith yang menyebutkan dirinya tidak yakin suatu tindakan boikot Olimpiade adalah bijaksana dan negaranya tidak akan melakukan pemboikotan Olimpiade. Olimpiade seharusnya digunakan untuk memfasilitasi pertemuan dengan sejumlah negara lain, ujar Smith "Olimpiade adalah suatu peluang untuk memberikan perhatian pada China juga memperluas China untuk berhubungan dengan masyarakat internasional," kata Stephen Smith. Dukungan atlet untuk ikut Olimpiade antara lain datang dari Amerika Serikat yang memastikan akan bertanding di Olimpiade Beijing meski baru-baru ini terjadi kerusuhan di Tibet, demikian Komite Olimpiade Amerika Serikat (USOC). "Jelas tidak ada gagasan untuk memboikot Olimpiade," kata jurubicara USOC Darryl Seibel. "Sudah dipahami secara luas dan diakui bahwa boikot benar-benar tak berguna selain merupakan hukuman tidak adil terhadap para atlet". (*)

Pewarta: Oleh Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2008