Tokyo (ANTARA) - Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), pada Selasa memilih untuk mempertahankan suku bunga ultra-rendah guna mendukung perekonomian di tengah prospek global yang tidak pasti dan menjelang kenaikan pajak konsumsi yang direncanakan dari 8 persen menjadi 10 persen pada Oktober, karena inflasi masih jauh di bawah target 2,0 persen.
Dewan Kebijakan bank sentral pada akhir pertemuan dua hari memutuskan dalam pemungutan suara 7-2 bahwa kelanjutan dari kebijakan jangka pendek suku bunga minus 0,1 persen akan dipertahankan sebagaimana adanya, dan imbal hasil jangka panjang dipertahankan pada mendekati nol persen.
BOJ "tidak akan ragu untuk mengambil langkah-langkah pelonggaran tambahan jika ada peluang bahwa momentum menuju pencapaian target inflasi 2,0 persen akan hilang," kata bank sentral dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan dua hari yang berakhir Selasa.
Bank sentral juga memilih untuk terus meningkatkan kepemilikan obligasi pemerintah pada laju tahunan sekitar 80 triliun yen (735,75 miliar dolar AS) dengan dewan juga memutuskan untuk tidak mengubah pembelian dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan aset lainnya.
Namun, pada akhir pertemuan penetapan kebijakan dua hari, BOJ menurunkan perkiraan inflasi dan proyeksi pertumbuhannya untuk beberapa tahun ke depan.
Bank sentral mengatakan mereka memperkirakan tingkat inflasi akan berada di 1,3 persen pada tahun fiskal 2020, menurunkan proyeksinya dari 1,4 persen. Untuk tahun fiskal 2021, bank mempertahankan perkiraan inflasi 1,6 persen, katanya.
BOJ mengatakan sekarang memperkirakan indeks harga konsumen inti Jepang meningkat 1,0 persen pada tahun ini hingga Maret mendatang, dalam penilaian revisi turun dari proyeksi yang dibuat pada April untuk kenaikan 1,1 persen.
Mengenai pertumbuhan ekonomi, BOJ mengatakan bahwa produk domestik bruto riil Jepang akan meningkat 0,7 persen pada tahun fiskal 2019, yang merupakan penurunan peringkat dari proyeksi sebelumnya pertumbuhan 0,8 persen.
Untuk tahun fiskal 2021, bank juga menurunkan perkiraan pertumbuhannya menjadi ekspansi sebesar 1,1 persen dibandingkan dengan perkiraan pertumbuhan sebelumnya sebesar 1,2 persen.
Namun bank sentral mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk tahun fiskal 2020 pada kenaikan 0,9 persen.
Penurunan peringkat dapat menjadi indikasi bahwa bersama dengan bank-bank sentral utama lainnya seperti Federal Reserve Amerika Serikat dan Bank Sentral Eropa, BOJ mungkin bersiap dalam beberapa bulan mendatang untuk meluncurkan langkah-langkah pelonggaran tambahan guna mendukung pertumbuhan di tengah hambatan ekonomi domestik dan global.
Hambatan-hambatan ini adalah dalam bentuk masalah perdagangan internasional dan prospek global yang tidak pasti, serta kenaikan pajak konsumsi pada Oktober, yang akan membuat permintaan domestik dan pengeluaran bisnis berkurang, dengan kemungkinan berakibat resesi, seperti kasus kenaikan pajak sebelumnya.
Ekonom percaya bahwa jika The Fed melanjutkan dengan penurunan suku bunga seperti yang diperkirakan akan terjadi pada Rabu (31/7/2019), tekanan akan meningkat pada BOJ untuk melepaskan langkah-langkah pelonggaran tambahan karena yen kemungkinan akan naik secara signifikan terhadap dolar AS, yang akan membahayakan sektor ekspor utama negara ini.
Baca juga: Bank sentral Jepang diperkirakan tahan kebijakan moneter ultra-longgar
Baca juga: Bank sentral Jepang siap tingkatkan stimulus antisipasi target inflasi
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019