Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah menyatakan BI belum akan melakukan intervensi dan masih akan mencermati perkembangan ekonomi global terakhir. "Kita masih sangat hati-hati. Namun kalau di pasar valas kita terus cermati dalam enam minggu terakhir ini, kita melihat nilai tukar kita relatif stabil di level Rp9.200," ujar Burhanuddin, seusai bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat. Menurut Burhanuddin, pertemuannya dengan Presiden Yudhoyono bersama dengan beberapa menteri ekonomi, seperti Menko Perekonomian Boediono, Menteri Keungan Sri Mulyani Indrawati, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dan Meneg BUMN Sofyan Djalil, adalah untuk membahas perkembangan kondisi perekonomian global terakhir. Burhanuddin mengakui sistem keuangan Indonesia memang agak tertekan akhir-akhir ini, akibat imbas perekonomian global yang masih terus berlanjut dan belum terlihat kapan berakhirnya. Kondisi itu, lanjut Gubernur BI, akan mempengaruhi neraca pembayaran dan nilai ekspor Indonesia. "Ini harus diwaspadai," ujarnya. Namun, Burhanuddin berpendapat sistem perbankan Indonesia masih tetap terjaga, karena rasio kecukupan modal (CAR) cukup tinggi, meskipun terjadi penurunan harga Surat Utang Negara (SUN). Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet pun, lanjut dia, hanya meningkat sedikit sekali dan nilainya masih di bawah lima persen. "Saya kira masih cukup terjaga lah," katanya. Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan peluang resesi global pada 2008 mencapai 25 persen, naik dari estimasi 2007 yang diperhitungkan masih di bawah 10 persen. IMF mengingatkan ancaman melebarnya risiko resesi akibat krisis keuangan terburuk di AS sejak Depresi Besar pada tahun 1930-an. Sementara itu, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro menyatakan tidak akan ada kenaikan harga BBM bersubsidi. Ia juga mengatakan dengan nilai subsidi yang ada, APBN-P 2008 masih terkendali. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008