Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Jumat pagi, melemah karena pasar cenderung negatif terhadap mata uang lokal, menyusul munculnya kekhawatiran ekonomi Indonesia mengalami pelambatan. "Tingginya angka inflasi Maret 2008 yang membuat Bank Indonesia (BI) mencemaskan kian melemahnya daya beli masyarakat membuat pelaku pasar cenderung membeli dolar AS," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Jumat. Dikatakannya, rupiah masih mendapat tekanan pasar, sekalipun pada sesi ini tekanan belum besar, namun koreksi harga yang terjadi terus membuat rupiah makin terpuruk. "Kami memperkirakan rupiah akan terus melemah hingga mendekati angka Rp9.250 per dolar AS," ujarnya. Menurut dia, merosotnya rupiah juga karena melemahnya pasar saham regional seperti indek Nikkei Jepang yang merosot 0,7 persen, karena pelaku asing menahan diri untuk masuk ke pasar menunggu laporan tenaga kerja AS. Pasar domestik juga sedang menunggu pemilihan calon gubernur BI yang sampai saat ini masih belum terpilih, ucapnya. Menko Perekonomian Boediono yang dicalonkan menjadi Gubernur BI menyatakan siap menghadapi fit and proper test (uji kelayakan) yang akan dilakukan DPR. Mengenai dolar AS, menurut dia, saat ini agak terkoreksi, setelah Ketua Bank sentral AS (The Fed) menyatakan Amerika Serikat dalam paruh pertama tahun ini akan mengalami resesi. Dolar AS terhadap yen turun menjadi 102,35 setelah sebelumnya sempat terpuruk pada 102,95 dan euro terhadap dolar AS menjadi 1,5655 yang sebelumnya menguat sampai 1,5510. Rupiah, lanjut dia, pada penutupan sore nanti akan masih terkoreksi, karena di pasar domestik masih belum muncul isu positif yang mendorong mata uang Indonesia menguat. "Kami memperkirakan rupiah akan bisa mendekati angka Rp9.250 per dolar AS melihat kecenderungan pasar bahwa faktor negatif makin menekannya," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008