Paris (ANTARA News) - Hampir separuh atlet Prancis yang akan bertanding di Olimpiade Beijing akan mendukung seruan presidennya untuk memboikot upacara pembukaan pesta olahraga tersebut, sebagai isyarat protes terhadap China, demikian menurut pengumpulan pendapat umum. Presiden Prancis Nicolas Sarkozy baru-baru ini mengisyaratkan bahwa ia kemungkinan akan memboikot upacara pembukaan Olimpiade 8-24 Agustus itu guna memprotes aksi kekerasan China terhadap demonstrasi baru-baru ini di Tibet. Menurut pengumpulan pendapat umum yang disiarkan majalah bebas "Sport", Jumat, sebanyak 43 persen atlet, termasuk banyak yang bernama besar, akan mendukung presiden mereka. Hanya sedikit di atas 30 persen (31,5) akan menentang boikot semacam itu, sementara 25,5 persen tidak memberi komentar. Pengumpulan pendapat umum itu diambil dari 126 atlet yang telah lolos ke Olimpiade, atau dalam proses kualifikasi, untuk ikut Olimpiade di Beijing itu. Mayoritas atlet (96 persen) mengatakan mereka akan menentang boikot terhadap Olimpiade itu, tetapi opini lebih lanjut telah memperkuat laporan yang menyatakan beberapa atlet boleh jadi akan terlibat dalam beberapa protes di pesta olahraga tersebut. Sebanyak 86 persen yang dimintai pendapatnya mengatakan mereka akan secara terbuka menunjukkan dukungan mereka pada perjuangan Tibet, dan pegakuan pada hak asasi manusia. Mantan atlet lompat galah, Romain Mesnil, akan memakai lencana protes hari Jumat. Sebanyak 73 persen lebih senang mempertontonkan lencana semacam itu, sementara 40 persen mengatakan mereka akan bersedia memakai T-shirt yang gambar lingkaran simbol Olimpiadenya diubah menjadi belenggu. Lebih dari 30 persen yang dimintai pendapatnya mengatakan mereka bisa pergi sepanjang bendera Tibet digambarkan di T-shirt mereka. Hanya kurang sedikit dari separuh (49 persen) dari 126 atlet yang dimintai pendapatnya, termasuk delapan juara Olimpiade dan 17 juara dunia, mengatakan mereka mungkin akan memboikot upacara pembukaan itu dan 47 persen mengatakan mereka mungkin akan berbicara vokal secara terbuka selama pesta olahraga tersebut mengenai masalah hak asasi manusia, demikian laporan AFP. (*)

Copyright © ANTARA 2008