Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, secara umum kondisi perekonomian Indonesia saat ini cukup sehat meskipun kondisi perekonomian global berada dalam ancaman resesi. "Kondisi ekonomi secara umum cukup sehat terlihat dari sejumlah indikator ekonomi," kata Menkeu usai pertemuan konsultasi antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis petang. Menkeu menyebutkan, penerimaan pajak sampai dengan Maret 2008 (triwulan I 2008) menunjukkan perkembangan yang menggembirakan di mana realisasinya mencapai Rp113,6 triliun. Jumlah tersebut menunjukkan adanya kenaikan sekitar 35,2 persen dibanding periode yang sama tahun 2007 yang hanya mencapai Rp84 triliun. Jumlah itu terdiri dari antara lain realisasi penerimaan pajak penghasilan (PPh) sebesar Rp68,9 triliun atau naik 28,3 persen dibanding periode yang sama 2007. Penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar Rp43 triliun atau naik 48 persen dibanding periode yang sama 2007 sebesar Rp28,9 triliun. "Perkembangan penerimaan pajak itu menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi berjalan dengan baik, menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang bagus dan kuat," kata Menkeu. Ia menyebutkan, harga minyak dan harga pangan yang melonjak kemungkinan memang masih akan memberikan resiko pada tiga kuartal ke depan. Namun berbagai program telah dan akan dilaksanakan pemerintah termasuk alokasi dananya di APBNP 2008. Pembahasan RAPBNP 2008 yang dijadualkan selesai pada Kamis (10/4), lanjutnya, juga tidak mengalami banyak perubahan dari yang sudah disepakati sejak awal, terutama menyangkut asumsi-asumsi dasarnya. Pendapatan negara dalam RAPBNP 2008 disepakati sebesar Rp892,9 triliun yang terdiri dari penerimaan pajak Rp609,2 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp281 triliun. Sementara belanja negara mencapai Rp987,4 triliun. Di dalamnya sudah termasuk subsidi BBM sebesar Rp126,8 triliun dan subsidi listrik Rp60,2 triliun (dengan asumsi harga minyak 95 dolar AS). Dengan komposisi seperti itu maka terdapat defisit Rp94,5 triliun (2,1 persen dari PDB). Defisit itu akan ditutup dengan pinjaman luar negeri dari tiga sumber berupa pinjaman program, yaitu Jepang, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Bank Dunia sebesar Rp26,3 triliun. Selain itu juga pinjaman proyek baik bilateral maupun multilateral sebesar Rp21,7 triliun, sehingga totalnya Rp48,1 triliun. "Sisa defisit lainnya akan dibiayai dari penerbitan surat utang negara (SUN)," katanya. Mengenai target lifting/produksi minyak sebesar 927.000 barel per hari dari target usulan pemerintah sebesar 916.000 barel per hari, Menkeu mengatakan ada pengaman jika target itu tak tercapai sekitar Rp3 triliun di APBNP. "Pemerintah juga menyediakan pengaman baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran jika realisasi harga minyak lebih dari asumsi yang ditetapkan dalam APBNP," kata Menkeu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008