Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Negara Koperasi dan UKM (Kemenkop) menggandeng perusahaan las dari Jerman, German Welding Institute (SLV) untuk melatih tenaga las profesional di Tanah Air guna memenuhi kebutuhan tenaga tersebut terutama dalam bisnis KUKM. "Kami sedang menjajaki kerja sama untuk memenuhi kebutuhan tenaga las profesional yang bersertifikat dan diakui secara internasional," kata Menteri Negara Koperasi dan UKM Suryadharma Ali di Jakarta, Kamis. Hal itu disampaikan Menteri saat menerima kunjungan kerja Direktur SLV, Michael Schubert, Senior Engineer SLV, Wolf-Dreter Strippelmann, dan Presiden Direktur Jerman Indonesia Welding Instutute (SLV-GIWI), Wheu Wardhane. Menkop menyambut baik rencana kerja sama tersebut mengingat kebutuhan tenaga las profesional di Indonesia semakin tinggi sedangkan jumlah tenaga masih terbatas. Apalagi SLV merupakan perusahaan skala internasional yang menyediakan pusat training pengelasan terkemuka di Mannheim Jerman. Tingginya kebutuhan atas tenaga las profesional pada dasarnya tidak hanya berlaku di Indonesia tetapi di seluruh dunia. Sebagai contoh, Qatar membutuhkan setidaknya 11.400 tenaga las profesional per tahun. Oleh karena itu mempersiapkan kemungkinan lonjakan permintaan tenaga las profesional mutlak dilakukan. "Training ini sangat dibutuhkan dan menurut informasi sangat beragam, berkelanjutan, dan bertingkat-tingkat," kata Menkop. Untuk mencapai tingkat keahlian tertinggi menjadi pengelas profesional saja diperlukan waktu selama 400 jam training. Di Jerman sendiri perjenjangan pendidikan teknologi las bahkan hingga mencapai tingkat pasca sarjana yang jurusannya khusus menangani teknologi las. Menkop mengatakan, pihaknya mempertimbangkan tawaran kerja sama tersebut untuk memanfaatkan vocational training center milik PT Siemens Indonesia yang berlokasi di Cilegon, Banten. "Kami merencanakan untuk menyiapkan paket-paket pendidikan juru las dengan memanfaatkan infrastruktur dan materi yang tersedia di sana," katanya. Rencananya, melalui Vocational Training Center PT Siemens Indonesia dengan supervisi audit dan sertifikat dari SLV Jerman, calon-calon akan dididik menjadi tenaga las profesional. Menkop mengatakan, untuk tahap pertama pihaknya akan memprioritaskan calon-calon peserta training dari lingkungan pondok pesantren. Menurut dia, calon dari pondok pesantren dinilai mempunyai keterampilan dasar termasuk penguasaan bahasa dan keterampilan teknis yang dikembangkan melalui program pemberdayaan pondok pesantren Kemenkop. "Untuk pembiayaan akan dikombinasikan dana dari kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan yang berminat baik itu BUMN maupun swasta," katanya. Selain itu juga akan ditambahkan skim pendanaan berupa kredit dari perbankan yang akan dilibatkan. Dalam skim tersebut, peserta training akan memperoleh pinjaman kredit yang akan dikembalikan secara periodik setelah lulus training dan menjadi tenaga las profesional siap kerja. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008