Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mewaspadai ancaman peningkatan kredit bermasalah (NPL/non performing loan) pada 2008 karena kondisi perekonomian yang tidak kondusif akibat krisis di sektor keuangan, perlambatan ekonomi global, peningkatan harga minya, dan ancaman inflasi.
"Kita minta bank untuk mewaspadai peningkatan kredit bermasalah (terkait gejolak ekonomi saat ini), terutama kredit konsumsi. Namun kita tetap usahakan NPL itu di bawah lima persen," kata Deputi Gubernur BI, Muliaman D Hadad, di Jakarta, Kamis.
Seperti dicatat BI, dalam dua bulan pertama 2008 kredit bermasalah (NPL) bruto mendekati lima persen. Pada Januari 2008 NPL bruto mencapai 4,82 persen, dan netto 2,82. Pada Februari 2008 rasio bruto 4,78 persen dan netto 2,0 persen atau lebih tinggi dari rasio NPL bruto 2007 yang mencapai 4,64 persen dan neto 1,94 persen.
Untuk itu, ia mengharapkan agar perbankan melakukan berbagai uji coba dan simulasi terkait dengan kredit yang akan disalurkan tahun 2008 ini.
Sementara itu, pihaknya masih yakin target 24,6 persen pertumbuhan kredit perbankan pada 2008 akan tercapai.
Menurut dia, pihaknya dalam waktu-waktu mendatang akan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendukung target pertumbuhan kredit tersebut.
Sementara itu, ia mengatakan, kinerja perbankan relatif tetap baik. Fungsi intermediasi terus meningkat. BI mencatat kredit perbankan Februari 2008 naik Rp 14,8 triliun naik 1,4 persen menjadi Rp 1.045,9 triliun.
Dana masyarakat di bank (DPK/dana pihak ketiga) pada Februari 2008 naik 0,2 persen menjadi Rp 1.474,5 triliun dibanding Januari 2008 sebesar Rp1.471,2 triliun.
Kenaikan kredit yang lebih besar dari kenaikan DPK pada bulan ini menyebabkan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR/loan to deposit ratio) perbankan naik, dari 70,1 persen pada Januari menjadi 70,9 persen pada Februari 2008.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008