Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) tidak mungkin dapat melawan inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga-harga internasional, karena BI tidak mempunyai instrumen-instrumen moneter untuk mencegah merembetnya inflasi akibat kenaikan harga secara global. "Instrumen moneter yang dimiliki BI itu sangat terbatas dan tidak mungkin untuk melawan inflasi dunia. BI tidak dapat mencegah agar inflasi yang terjadi di dunia internasional tidak merembet ke Indonesia. "Kalaupun BI ingin intervensi ya itu sebatas stabilisasi kurs dan mencegah agar inflasi tidak bergerak liar," kata Pengamat Ekonomi dari Inter CAFE, IPB, Imam Sugema, di Jakarta, Kamis. Iman mengatakan sebaiknya pemerintah harus bekerja keras bagaimana meminimalisir dampak-dampak dari kenaikan harga dengan instrumen fiskalnya. "BI sudah berupaya optimal dengan instrumen moneternya untuk stabilisasi kurs dan mencegah inflasi agar tidak bergerak liar, katanya. Dia menilai BI cukup bijak dengan mempertahankan BI rate yang tetap pada level 8 persen. Karena kalau dinaikkan justru akan memperburuk kondisi ekonomi nasional. "Ekspor dapat terhambat dan biaya modal membengkak sehingga kontraproduktif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,"ucapnya. Menyangkut kurs rupiah yang terus melemah, menurut Imam, merupakan fenomena sementara saja. "Tidak usah terlalu khawatir dengan kurs rupiah yang melemah tersebut,"ujarnya. Sebagaimana diketahui dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), Kamis, diputuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar delapan persen. Deputi Gubernur Senior BI Miranda Goeltom usai RDG, menjelaskan pertimbangan mempertahankan BI-Rate ini untuk mengendalikan tekanan inflasi dan mengantisipasi perlambatan ekonomi global. Pada Maret inflasi nasional masih tinggi sebesar 0,95 dan untuk tahunan (year-on-year) sebesar 8,17 persen. Sementara itu untuk pencapaian target inflasi 2008 sekitar 6,5 persen. "Dengan mempertimbangkan pengendalian inflasi maka RDG BI hari ini menetapkan BI Rate tetap," kata Miranda. Keputusan tersebut berarti BI telah mempertahankan suku bunga acuan-nya ini selama empat bulan berturut-turut sejak RDG yang diselenggarakan pada 6 Desember 2007. Pada RDG 6 Desember 2007 tersebut, BI memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar sebesar 25 basis poin (bps) dari 8,25 persen menjadi 8 persen. Namun pada RDG Januari, Februari, Maret dan April ini, BI memutuskan mempertahankan BI-Rate karena faktor masih tingginya tekanan inflasi. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008