Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan suku bunga acuan Bank Indonesia, BI Rate, masih mempunyai ruang untuk tidak naik, meski laju inflasi Maret 2008 cukup tinggi, yakni mencapai 0,95 persen dibandingkan dengan bulan lalu yang hanya 0,65 persen. "Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 8 persen, dan tidak akan menaikkan suku bunga itu, meski kecenderungan untuk naik itu ada, " katanya di Jakarta, Kamis. Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pukul 13.00 siang akan memutuskan tingkat BI Rate masih bertahan atau naik, karena peluang untuk turun sangat kecil. Dikatakannya, apabila BI mau menaikkan bunga BI Rate paling besar hanya 25 basis poin yang akan memicu perbankan juga menaikkan bunga kredit yang pada gilirannya akan menghambat fungsi intermediasi bank. Karena itu, BI kemungkinan akan tetap mempertahankan bunga BI Rate, bila BI Rate naik akan menimbulkan gejolak yang makin melemahkan pertumbuhan ekonomi nasional, katanya. Menurut dia, tingginya inflasi itu bukan hanya terjadi di Indonesia, di Amerika Serikat, bahkan Jepang sendiri mengalami inflasi, karena ini merupakan masalah global. Faktor penyebab kelesuan ekonomi itu, akibat gejolak krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa serta Jepang yang menimbulkan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia, khususnya Indonesia. Namun ekonomi Indonesia masih tetap tumbuh, karena tinggi pertumbuhan ekonomi di China dan India, serta Pakistan, tuturnya. BI, lanjut dia, akan tetap menyembangkan BI Rate terhadap pasar, karena apabila BI Rate naik akan memberikan dampak yang besar terhadap pasar. Namun apabila inflasi pada bulan berikut lebih tinggi lagi, kemungkinan BI Rate akan terpaksa dinaikkan, meski berbagai kendala akan muncul, ucapnya. Ia mengatakan, apalagi ekonomi Amerika Serikat pada paruh pertama 2008 diperkirakan akan mengalami resesi yang menekan pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh di bawah angka 10 persen. Kondisi ini akan memberikan nilai negatif bagi ekonomi nasional yang tertekan pula oleh kenaikan harga minyak mentah dunia yang saat ini mencapai 105 dolar AS per barel (sempat mencapai 111,84 dolar AS), ucapnya. Edwin Sinaga yang juga Dirut PT Finance Corpindo mengatakan, pemerintah harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya sembilan bahan pokok sehingga mampu menekan laju inflasi yang tinggi. Apabila laju inflasi bulan berikut lebih tinggi, maka kemungkinan besar peluang BI Rate untuk menguat akan semakin mudah, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008