Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah,Kamis pagi, merosot tajam jauh di atas angka Rp9.200 per dolar AS, karena tingginya laju inflasi Maret. "Laju inflasi Maret yang mencapai 0,95 persen merupakan faktor yang membuat Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga BI Rate, namun mempunyai peluang untuk menguat," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Kamis. Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.220/9.225 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.175/9.179 atau turun 45 poin. Menurut dia, pelepasan rupiah oleh pelaku pasar, terutama disebabkan oleh tingginya laju inflasi Maret yang menekan mata uang Indonesia hingga jauh di atas Rp9.200 per dolar AS, meski Ketua bank sentral AS (The Fed), Ben Bernanke ,menyatakan ekonomi AS memasuki resesi dalam paruh pertama tahun ini. Kondisi ini juga akan memicu The Fed pada pertemuan akhir bulan ini, kembali memangkas suku bunga Fed Fund, katanya. Dikatakannya, rupiah diperkirakan akan terus terpuruk hingga berkisar antara Rp9.230 hingga Rp9.250 per dolar AS, karena sentimen negatif masih tetap tinggi, apalagi Bank Pembangunan Asia (ADB) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat. "Kami optimis rupiah ke depan akan kembali terkoreksi, sekalipun dolar AS di pasar regional melemah," ucapnya. Pemerintah, lanjut dia, diperkirakan akan kembali merevisi target usahanya seperti pertumbuhan ekonomi yang semula mencapai 6,8 persen diubah menjadi 6,4 persen dan kemungkinan akan diubah lagi, begitu pula target inflasi yang sudah diubah menjadi 6,5 persen dari 6 persen. Rencana merevisi kembali target-target itu oleh pemerintah menimbulkan kekhawatiran bahwa gejolak krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa telah berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, tuturnya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen stabil pada 102,30, namun dolar terhadap euro menguat menjadi 1,5672 dari 1,5685 dan terhadap francs Swiss menjadi 1,0087. Rupiah pada sore nanti diperkirakan masih tertekan pasar, karena isu positif dari internal maupun eksternal sangat minim, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008