Jakarta (ANTARA News) - Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta Komarudin Hidayat mengatakan, seharusnya Umat Islam tidak perlu menanggapi secara destruktif munculnya film "Fitna" karya anggota parlemen Belanda Geert Wilders.
"Aksi-aksi destruktif ini menunjukan bahwa umat Islam memang mudah terprovokasi," kata Komarudin Hidayat usai bertemu Wakil Presiden Jusuf kalla di Kantor Wapres Jakarta, Rabu.
Pernyataan komarudin tersebut diungkapkan menanggapi berbagai aksi penolakan umat Islam di dunia atas munculnya film "Fitna" yang dinilai berisi penghinaan terhadap Islam.
Komarudin menilai, umat Islam di dunia dan di Indonesia mudah terprovokasi dan terpancing oleh upaya-upaya pihak tertentu yang sengaja menyudutkan agama Islam, sehingga melakukan aksi-aksi yang destruktif.
Menurut Komarudin, dalam situasi seperti ini, seharusnya, Umat Islam tidak perlu menanggapi secara destruktif.
Lebih lanjut Komarudin mengatakan, umat Islam tak perlu menanggapi penayangan film itu secara keras bahkan sampai melakukan aksi atau demonstrasi yang merusak.
Tanggapan, tambah Komarudin, cukup menyerukan agar masyarakat Indonesia memboikot produk-produk negeri Belanda.
"Ini lebih memberi pelajaran karena dampaknya serius," kata Komarudin.
Komarudin sendiri mengaku sudah menyaksikan tayangan Film Fitna tersebut. Film berdurasi 17 menit ini berisi hujatan terhadap islam dan kitab suci Al-quran.
Wilders menayangkan filmnya di LiveLeak.com setelah ditolak pengelola televisi belanda. Belakangan situs yang berbasis di Manchester, Inggris itu menarik penayangan film tersebut.
Namun Fitna kemudian menyebar melalui situs YouTube dan Google Video yang saat ini masih menayangkan film tersebut.
"Memang yang disajikan itu fakta, tetapi mengapa sisi yang buruknya saja atau sisi kekerasannya dari Islam, padahal Israel dan Amerika juga melakukan kekerasan yang sama atau jauh lebih keras, kenapa tidak diambil," kata Komarudin.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008