Aceh Besar (ANTARA) - Hari itu menjadi hari yang tidak pernah dapat dilupakan oleh ibu dari sepuluh orang anak tersebut, karena sang suami yang saban hari bekerja sebagai tukang sayur di kawasan pasar Nibong Kecamatan Nibong, Kabupaten Aceh Utara menyiapkan kejutan yang tidak terduga.

Setiap hari sekitar pukul 05.00 WIB, pria bernama lengkap Hanafiah Puteh Hasyem mengayuh sepedanya dari Gampong Sumbok Rayeuk, Kecamatan Nibong, Aceh Utara tempat ia bermukim menuju pasar Nibong.

Ia bergegas dengan menggunakan angkutan umum menuju pasar inpres Lkohseumawe untuk membeli berbagai kebutuhan berupa sayur khususnya yang akan diperjualbelikan kepada pelanggannya di kawasan Nibong.

Menjual sayur-sayuran dan sejumlah kebutuhan lainnya termasuk ikan teri, menjadi sebuah rutinitas yang dilakoni selama tiga puluh tahun oleh pria yang hampir berumur satu abad tersebut untuk menghidupi keluarga besarnya tersebut.

“Hai mi (saapan untuk istrinya) neujak kenoe siat neduek, peu tajak daftar haji tanyoe thon nyoe (Hai umi, duduk di sini sebentar, apa kita daftar haji tahun ini),” kata Asma Abdullah Syafari meniru perkataan suaminya beberapa tahun silam saat dijumpai di sela-sela pelepasan Jamaah Calon Haji Embarkasi Aceh di asrama Haji Embarkasi Aceh, Banda Aceh, Minggu.

Perempuan paruh baya tersebut tidak pernah menyangka di kasur yang setiap malam tempat dia merebahkan badannya untuk melepas lelah, ada uang yang disimpan untuk mewujud mimpi ke Tanah Suci oleh sang suami tercinta

Perempuan kelahiran Sumbok Rayeuk 71 tahun silam tersebut telah lama bercita-cita dengan pria pemilik nama lengkap Hanafiah Puteh Hasyem yang tidak lain adalah suaminya untuk menunaikan rukun Islam ke lima tersebut.

Pemilik manifes 276 tersebut menuturkan suaminya tidak pernah memberi tahu kepada dirinya, bahwa ada sebagian pendapatan yang disisihkan untuk mewujud mimpi mereka berdua untuk menuju panggilan Ilahi ke Tanah Suci Mekkah, yang disimpan tepatnya di bawah dipan tempat mereka melepas lelah.

“Saya tidak pernah tahu, tiba-tiba abu mengajak mendaftar untuk naik haji. Dari mana uang kita untuk mendaftar. Ada ni uang sebanyak Rp23 juta yang saya simpan di bawah kasur dari hasil penjualan,” kata Asma mengulang kembali ceritanya.

Awalnya Asma yang saat ini tercatat sebagai salah satu jamaah calon haji Asal Aceh Utara yang tergabung dalam kelompok terbang enam tersebut merasa apa yang disampaikan sang suami merupakan candaan dan juga bagian untuk melepas rindu akan keinginan melafazkan talbiah dan berdoa di tempat mustajabah doa di Makkah dan Madinah.

Suaranya sudah sedikit parau walau tetap menyampaikan kisahnya dengan nada ketawa saat sang suami yang saat itu memperlihatkan uang sebesar Rp23 juta yang disimpannya di bawah dipan yang tidak pernah disampaikan kepada dirinya dan juga anak-anak.

“Kalau terjadi sesuatu sama bapak kan kami tidak tahu ada uang di sana, sebab selama ini bapak tidak pernah memberitahukan kepadanya ada uang simpanan untuk berhaji yang disisihkan sejak berdagang sayur,” kata Asma lagi dengan tetap tertawa menjelaskan kisahnya.

Menurut dia, suaminya saat itu telah menukarkan sendiri uang yang diperkirakan disimpannya dengan uang recehan dan dibulatkan agar memudahkan untuk mendaftarkan diri pada salah satu perbankan penerima biaya setoran haji.

“Saat itu uang sudah ada Rp23 juta dan kami perlu sekitar Rp15 juta lagi. Bapak berkeinginan untuk menjual sepetak tanah untuk memenuhi jumlah tersebut. Saya bilang sarankan untuk tidak menjual tapi untuk meminjamkan uang sedikit dengan menjaminkan sepetak tanah. Alhamdulillah uang tersebut ada dan kami langsung mendaftar,” katanya.

Ihwal akan uang yang disimpan tersebut memang menjadi sebuah rahasia yang tidak pernah diketahui oleh siapa pun baik istri yang saban hari mendampingi dirinya dan juga anak-anaknya.

Di tengah menceritakan masa-masa akan mendaftarkan dirinya sebagai salah satu tamu Allah dari Aceh tersebut, ada linangan air mata yang membuncah dibalik kelopak mata yang mulai keriput tersebut.

Ia tetap memperlihatkan dirinya tegar di tengah rasa haru dan bahagia menjadi salah satu dari empat ribuan jamaah calon haji Aceh yang diberangkatkan ke Tanah Suci pada musim haji 2019.

Ia menuturkan, suaminya merasa sangat bangga dan senang saat mengetahui dirinya menjadi salah satu orang yang masuk dalam porsi haji 2019, bahkan saat akan berangkat dari Aceh Utara dirinya tak mau berlama-lama lagi agar bisa segera tiba di Mekkah.

“Pajan jijak ba tanyoe u Arab (kapan kita di bawa ke Arab Saudi),” katanya meniru suaminya yang akrab di sapa abu tersebut.

Asma mengatakan Alhamdulillah meski suaminya telah berumur hampir satu abad kondisi kesehatan suaminya saat ini sehat dan mampu berjalan tanpa menggunakan kursi roda, hanya saja Hanafiah ingatannya sudah sedikit berkurang.

“Ingatan Abu sekarang sudah sedikit berkurang, kadang kalau pergi ke mana-mana lupa jalan pulang dan saya selalu mendampingi beliau. Kayak tadi waktu shalat di Asrama Abu lupa juga jalannya,” katanya.

Pasangan suami istri yang kini berusia senja tersebut menjadi salah satu jmaah calon haji asal provinsi ujung paling barat Indonesia itu yang masuk dalam kategori lanjur usia. Pemerintah memberikan kuota khusus kepada jamaah lanjut usia untuk menunaikan ibadah haji.

Pada tahun 2019, Embarkasi Aceh akan memberangkatkan sebanyak 4.682 jamaah yang terdiri dari 60 petugas kelompok terbang, 1.902 jamaah laki-laki dan 2.760 jamaah perempuan yang tergabung dalam 12 kelompok terbang.

Asma tak bisa menyembunyikan rasa haru akan kesempatan yang telah Allah berikan kepada dirinya bersama sang suami, di usia yang tak lagi muda dapat menunaikan cita-cita menunaikan ibadah haji.

Baca juga: Garuda siapkan Ayam Tangkap dan Keumamah untuk calhaj Aceh

Baca juga: Pemkot Sabang gratiskan biaya akomodasi untuk calon haji

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019