Bandarlampung (ANTARA News) - Dewan Kesenian Lampung (DKL) tengah membuat film berdurasi pendek tentang rendahnya minat warga Lampung mempelajari dan menggunakan bahasa daerahnya. "Film produksi DKL itu berjudul Makkung Sayuk atau Belum Terlambat. Saat ini sedang dalam proses editing, kemungkinan awal Mei sudah bisa kita luncurkan," kata Ketua Harian DKL, Syaiful Irba Tanpaka, di Bandarlampung, Rabu. Film berdurasi sekitar tujuh menit itu menceritakan seorang sutan atau petinggi adat di daerah tersebut, ketika pergi ke pasar tidak melihat atau mendengar orang berbicara Bahasa Lampung. Sehingga dalam benaknya selalu timbul pertanyaan, mengapa orang di tempat keramaian itu menggunakan tidak bahasa daerah asal mereka masing-masing dan lebih dominan dialek Jakarta menggunakan kata "elu" dan "gue". Sesampainya di rumah, Sutan tersebut juga mendengar istrinya memanggil anaknya tidak menggunakan Bahasa Lampung, maka dibenaknya muncul bahwa bahasa daerahnya tidak berkembang karena suku aslinya pun enggan menyosialisasikannya. "Makkung Sayuk", kata dia, serta mengajak seluruh anggota keluarganya untuk membudayakan menggunakan Bahasa Lampung, begitu pula di lingkungan tempat tinggalnya. Terkait pelestariannya, Syaiful menjelaskan DKL telah dan terus melakukan kerjasama dengan sejumlah pihak terkait persoalan Bahasa Lampung. "Saya sempat melakukan kegiatan budaya menggunakan Bahasa Lampung yang ada dua asal yang berbeda, namun bisa berkomunikasi," kata dia. Ia yang bukan asli suku Lampung pun mengakui jika mempelajari bahasa daerah tersebut, pasti dialeknya akan berubah dan bisa muncul dialek baru. "Namun yang terpenting semua bisa mengerti atau terjadi komunikasi," katanya. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008