Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi VI DPR, Totok Daryanto, menilai wacana ekspor beras hanya humor politik menjelang Pemilu 2009. "Ini hanya akan menghasilkan parodi ekonomi," katanya di Gedung DPR, Jakarta, Rabu. Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla saat menutup Rapat Pimpinan Nasional Kamar Dagang dan Industri, Selasa (1/4), mengatakan Indonesia bisa ekspor beras mulai tahun depan jika mencapai surplus lebih dari 3 juta ton dan stok beras nasional memadai. Totok yang mengetuai komisi bidang industri, perdagangan, koperasi dan UKM mengatakan, karena sudah kebablasan ekspornya, maka perlu impor beras lagi di masa mendatang Menurut politisi PAN itu, apabila benar dilakukan impor beras, maka pihak yang diuntungkan hanya para pedagang atau importir/eksportir yang menikmati margin atau tingkat selisih harga. Totok berpendapat, margin harga itu sangat besar nilainya, hingga miliaran bahkan triliunan rupiah, sedangkan masyarakat miskin justru susah memperoleh beras karena daya beli rendah dan kualitas beras bagi keluarga miskin (raskin) buruk. "Jadi para pemimpin jangan berpikir loncat-loncat, tetapi berpikirlah runtut dalam melihat setiap perkembangan," katanya menyarankan. Kalau ada produksi beras melimpah sebaiknya digunakan untuk menggantikan beras kualitas buruk di gudang-gudang Bulog, katanya. Dengan demikian, menurut Totok, seluruh rakyat Indonesia dapat menikmati standar kualitas pangan yang layak tanpa dibedakan oleh tingkat ekonomi kaya atau miskin. Dikatakannya, mengekspor beras saat rawan pangan masih mengancam dan tampak antrean masyarakat mendapatkan bahan pangan lain, menunjukkan ketidakpekaan pemimpin terhadap persoalan kemiskinan rakyatnya. Totok mengingatkan model kepemimpinan Nabi Yusuf AS yang memperkenalkan sistem penanganan siklus pangan untuk menjaga tingkat kecukupan pangan dalam jangka panjang. "Masa surplus pangan digunakan untuk memperkuat cadangan pada masa paceklik. Model manajemen pangan ala Nabi Yusuf AS ini masih relevan sampai sekarang," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008