"Kami memberikan dukungan kepada seluruh anak penyandang autis untuk melakukan kegiatan seni dan budaya," kata Ketua Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Kota Denpasar Ida Ayu Selly Dharmawijaya Mantra di Denpasar, Senin.
Selly Mantra mengatakan keberadaan PLA tidak terlepas dari keberadaan anak-anak autis di Kota Denpasar, bahkan di Bali yang nantinya dapat memberikan kemudahan pelayanan secara baik terhadap anak autis.
Ia mengatakan dalam peringatan Hari Peduli Autis Sedunia ini diharapkan mampu memberikan edukasi dan peningkatan pelayanan PLA Denpasar kepada anak-anak autis.
"Kepada orang tua dan seluruh masyarakat dapat memberikan motivasi serta dukungan kepada anak-anak autis untuk dapat menjalankan kehidupan sehari-hari secara mandiri, serta mewadahi kreatifitas dan menjadi wahana edukasi dini," ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan Selly Mantra, lewat peran serta kepedulian bersama dengan telah dicanangkan Denpasar sebagai "Kota Inklusi", yakni memberikan pemenuhan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi lewat terbentuknya PLA, sekolah pasar, serta keberadaan rumah berdaya bagi penyandang gangguan jiwa.
Pelayanan inklusi di Kota Denpasar tidak saja menjadi peran pemerintah namun dibutuhkan keterlibatan seluruh komponen masyarakat serta keberadaan komunitas dalam perkembangan pembangunan di perkotaan.
"Fasilitas PLA telah ditunjang berbagai sarana prasarana dalam memberikan asesmen anak-anak autis," ujar Selly Mantra didampingi Ketua Dharma Wanita Persatuan Kota Denpasar Kerti Rai Iswara.
Pada acara tersebut, tampak puluhan anak berkebutuhan khusus menampilkan kreativitasnya di atas panggung. Mereka menampilkan operet mini tentang perjalanan seorang penderita autis menuju ke PLA. Dalam perjalanannya menuju ke PLA penderita autis ini melihat tarian India, tarian maju mundur dari Flores, Tari Gopala di Bali hingga tari Ngelawang Barong.
Sementara itu, Ketua Pengurus Harian PLA Denpasar, Nyoman Andika mengatakan persiapan untuk penampilan ini sudah dilakukan sejak lama. Namun penyelesaiannya kurang dari sebulan. Saat ini PLA menangani 75 anak autis dengan jumlah pendidik 24 orang.
Ia mengatakan pelayanan autis dibagi menjadi dua, yakni kelas dan terapi. Untuk kelas siswanya sebanyak 30 anak, sedangkan 45 anak terapi. Yang masuk kategori terapi, yaitu anak yang belum mampu ikut kelas reguler, masih mengalami kesulitan sosialisasi dan belum bisa mandiri.
"Jumlah itu sudah kami desain dengan baik sehingga pendidik itu cukup. Sebelumnya kami menangani lebih dari 100 anak autis. Untuk meningkatkan kompetensi guru-guru atau terapis di sini, setiap tahun dilaksanakan pelatihan sebanyak dua kali. Pelatihan ini diberikan oleh pusat maupun dari Dinas Pendidikan Kota Denpasar," katanya.
Walaupun memiliki keterbatasan mental, kata dia, namun anak-anak di PLA ini juga berprestasi, mereka ikut lomba fashion maupun puzzel yang semuanya bertujuan untuk melatih kemandirian anak.
Baca juga: Anak penderita autis diberikan perhatian khusus Pemprov Babel
Baca juga: Penyandang down syndrom unjuk kebolehan menari
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019