Jakarta (ANTARA News) - Doktor Boediono, lelaki kelahiran Blitar, Jawa Timur pada 25 Februari 1943, kali ini mendapat tantangan khusus; memberikan sentuhan "dingin" dalam perdebatan pemerintah dan parlemen soal bank sentral. Dia menjadi calon tunggal untuk menduduki posisi gubernur Bank Indonesia yang akan ditinggalkan oleh Burhanudin Abdullah pada 17 Mei, setelah sebelumnya dua calon yang diajukan pemerintah; Agus Martowardojo dan Raden Pardede, ditolak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pria yang memiliki aksen jawa yang kental saat berbicara tersebut, akhirnya diajukan setelah presiden mengadakan pertemuan dengan beberapa tokoh. "No comment," demikian ungkapnya dengan halus, Senin (31/3), atau sehari sebelum akhirnya dia menjadi calon tunggal yang akan diajukan Presiden Yudhoyono pada DPR RI untuk menempati posisi orang nomor satu di bank sentral tersebut. Analis Independen Aspirasi Indonesia Institute, Yanuar Rizki dalam berbagai kesempatan mengatakan, Boediono, pria yang saat ini menjabat sebagai menteri koordinator perekonomian tersebut, sebagai moneteris tulen. "Dia seperti Alan Greenspan (mantan chariman The Fed/otoritas moneter AS) dan Ben Bernanke (chairman The Fed) yang sangat moneteris dan ahli dalam modelling," katanya. Menurut dia, seorang moneteris akan mepertimbangkan inflasi sebagai tujuannya dan kebijakannya mengikuti teori ekonomi. "Namun demikian apakah nantinya Boediono akan berusaha menjadi seorang yang teknikal bukan seorang yang modelling, kita lihat saja. Karena saat ini pertarungan moneter adalah adu cerdik bukan lagi hanya mengatur inflasi dalam negeri," katanya. Kepala Ekonom Standard Chartered Indonesia, M Fauzi Ikhsan, mengemukakan Boediono memiliki keahlian di bidang moneter. "Tak perlu diragukan", demikian ungkapnya. Pengamat ekonomi yang pernah menjadi asistennya ketika mengajar di Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetyantono, mengatakan Boediono seorang yang mampu membuat suasana panas menjadi dingin. "Dia seperti pemadam kebakaran, meski pasar sudah panas, dia mampu membuat dingin dengan peryataannya," katanya. Menurut dia, ketika Pak Boed, demikian Boediono disapa, menjadi dosen, ia selalu memotivasi anak didiknya. "Itu yang saya kenang betul sebagi pribadi," katanya. Biografi Dr Boediono lahir di Blitar, Jawa Timur pada 25 Februari 1943 selain menjabat sebagai menteri juga seorang pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Sebelum menjadi Menko Perekonomian, dia adalah Menteri Keuangan Indonesia dalam Kabinet Gotong Royong (2001-2004) dan Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas pada Kabinet Reformasi Pembangunan (1998-1999). Sebelumnya dia juga pernah menjabat sebagai Direktur Bank Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto. Gelar pendidikan yang diraihnya antara lain S1 (Bachelor of Economics (Hons)) dari Universitas Western Australia pada tahun 1967, gelar Master of Economics diperoleh dari Universitas Monash pada 1972. Kemudian pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar S3 (Ph.D) dalam bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania. Selain itu, buku menganai pengantar ekonomi makro dan juga ekonomi moneter karya Boediono merupakan buku yang menjadi pegangan di universitas.

Oleh Oleh M. Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2008