Jika beras tetap menjadi kebutuhan pangan nasional, maka ketahanan pangan akan berisiko
Jakarta (ANTARA) - Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) mengatakan keragaman sumber pangan nusantara merupakan jawaban terhadap permasalahan kelaparan.
"Juga jawaban terhadap permasalahan gizi buruk, termasuk perubahan iklim," kata Direktur Program Yayasan Kehati Rony Megawanto di Jakarta, Senin.
Saat ini beras yang menjadi pangan pokok adalah bagian dari kebijakan keseragaman pangan sejak orde baru. Penyeragaman pangan telah menjadikan sumber pangan nusantara lainnya terpinggirkan, ujarnya.
Jika beras tetap menjadi kebutuhan pangan nasional, maka ketahanan pangan akan berisiko, selain karena tidak semua lahan di Indonesia bisa ditanami padi, perubahan iklim merupakan ancaman tersendiri bagi produktivitas sawah.
Penyeragaman pangan, baik dari sisi produksi maupun konsumsi telah menempatkan sebagian masyarakat justru rentan pangan, tambahnya.
Hal itu terlihat dari kasus gizi buruk dan bencana kesehatan di Asmat, Papua awal 2018 yang telah menelan korban jiwa 72 anak.
Dengan demikian, ujarnya, keragaman pangan menjadi kunci dari kedaulatan pangan, dan oleh sebab itu upaya kembali ke sumber pangan lokal harus ditingkatkan.
Sementara itu Direktur Eksekutif Yayasan Kehati Riki Frindos mengatakan dengan kekayaan keanekaragaman potensi pangan di Indonesia, maka perlu kebijakan yang menyambut berbagai kearifan pangan lokal masyarakat untuk mendorong perbaikan gizi masyarakat.
"Masyarakat harus dapat memahami pentingnya pelestarian keanekaragaman hayati untuk kedaulatan pangan, khususnya kemandirian dan ketahanan pangan lokal serta kearifan lokal masyarakat dalam pangan nusantara," kata dia.
Menurut dia pangan yang berbasis pangan nusantara akan menjadi bagian yang sangat penting dalam membangun sistem pangan nasional.
Data dari Badan Ketahanan Pangan menunjukkan Indonesia memiliki 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat, 75 jenis sumber minyak atau lemak, 26 jenis kacang-kancangan, 388 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran, serta 110 jenis rempah dan bumbu.
Keragaman sumber pangan ini merupakan yang tertinggi di dunia setelah Brazil.
Baca juga: Unej hadirkan pakar hadapi kekurangan pangan melalui bioteknologi
Baca juga: Kehati: keragaman pangan lokal bentuk mitigasi perubahan iklim
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019