Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S Goeltom mengatakan pihaknya tidak akan merespon tekanan inflasi yang terjadi secara berlebihan. "Belum hilang tekanannya (inflasi), jadi kita masih mengawasi. Tetapi tentunya kita juga menyadari bahwa inflasinya berasal dari harga dunia, jadi tidak perlu direspon terlalu berlebihan," katanya di Jakarta, Selasa. Menurut dia, tekanan inflasi masih bersumber dari tekanan harga pangan dan komoditas atau dari sisi penawaran. Untuk itu BI akan merespon secara berbeda. Sedangkan terkait pertumbuhan ekonomi, ia mengatakan BI telah merevisi kisaran pertumbuhan ekonominya dari 6,2-6,8 persen menjadi 6,2-6,5 persen. "Jadi `mid point` (nilai tengah) sudah bergeser dari 6,5 persen menjadi sekitar 6,35 persen, mendekati asumsi pertumbuhan ekonomi pemerintah di APBN yang sebesar 6,4 persen," katanya. Ia mengatakan, target pertumbuhan ekonomi tersebut hanya bisa didapat dengan usaha yang lebih terarah meski Indonesia memperoleh keuntungan dari kenaikan harga komoditas. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, laju inflasi selama bulan Maret 2008 mencapai 0,95 persen, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Maret 2008) mencapai 3,41 persen, dan inflasi year on year sebesar 8,17 persen. Sebelumnya BPS mencatat tingkat inflasi pada Februari 2008 mencapai 0,65 persen, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Februari 2008) sebesar 2,44 persen, dan tingkat inflasi tahunan (year on year) atau Februari 2008 terhadap Februari 2007 sebesar 7,40 persen.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008