Jakarta (ANTARA) - Sejumlah anak muda yang tergabung dalam Persatuan Silat Muara Condet menampilkan kebolehan mereka dalam "maen pukul" atau bersilat Betawi pada Festival Condet 2019 di Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, Minggu.
Mereka adalah murid dari berbagai perguruan silat di bawah Persatuan Silat Muara Condet asuhan Baba Janu yang memang sengaja diajak untuk melestarikan budaya Betawi.
"Dengan 14 perguruan yang bergabung di Condet, kita dengungkan lagi budaya 'maen pukul', supaya anak muda tidak terlalu banyak main gadget," kata Koordinator Lapangan Persatuan Silat Muara Condet, Bang Cemong.
Sebutan 'maen pukul' digunakan merujuk pada jurus-jurus pukulan sebagai nama awal silat Betawi zaman dulu.
"Dengan ‘maen pukul’ bukan berarti buat memukul, tapi buat merangkul," ujar Bang Cemong.
Dari belasan perguruan silat dalam persatuan tersebut, satu di antaranya adalah Perguruan Silat Betawi Ngedeprok yang mempunyai murid sekitar 300 anak muda dari perguruan pusat dan cabang.
Baca juga: Sepak Goreng Asem, "maenan" dari kampung pinggir Ciliwung
Dengan murid sebanyak itu, pelatih Ngedeprok Cabang Tanjung Priok, Bang Eday menyebut antusiasme anak muda belajar silat cukup tinggi.
"Alhamdulillah antusias. Untuk masuk perguruan juga secara terbuka, siapa yang mau gabung silakan hadir," ujar Bang Eday.
Muhammad Raihan Fatah (15), murid Ngedeprok yang pertama kali masuk pada 2017 lalu, menyebut sengaja bergabung untuk belajar silat seperti kawan-kawannya.
"Pertama sih bisa silaturahmi, terus olahraga juga, bisa lebih kurus sedikit lah," kata Raihan.
Selain itu, Aulia Oktaviani (13) juga menyatakan hal serupa soal kesediaannya belajar silat Betawi.
"Pengin masuk sendiri karena lihat orang-orang bisa silat, nanti bisa bela diri, dan jaga diri," ujar Aulia.
Murid yang masih duduk di kelas empat SD, Bintang (9) menyebut belajar silat karena diajak oleh ayahnya.
"Tapi senang, dapat teman," kata dia pula.
Pewarta: Suwanti
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019