"Kami pakai mainan untuk mengajarkan kepada anak-anak bahwa energi surya enggak terlalu rumit. Mereka bisa belajar dari hal sederhana," kata Harri, Founder I Love Energi Surya saat ditemui di Jakarta, Minggu.
Komunitas yang terbentuk di Jakarta pada 2018, ini membuat beberapa prototipe mainan yang energinya bersumber dari matahari seperti pesawat, tank dan mobil remote control dengan bahan papan fiber.
Adapun keunikan lain dari mainan ini adalah anak-anak bisa merakit sendiri, lalu memainkannya di luar ruangan.
Sejauh ini, mainan-mainan tersebut menjadi alat kampanye energi bersih di sekolah, kampus, pameran hingga bazar. Meskipun prototipe, namun harga jual mainan setrum matahari ini berkisar antara Rp200 hingga Rp250 ribu per unit.
"Jika ada matahari, mainan bisa menyala dan berputar tanpa perlu baterai. Semakin kuat sinar matahari, semakin kencang putaran dinamo," ujarnya.
Selain membuat mainan bertenaga surya, komunitas ini juga menciptakan payung surya, meja, botol minuman hingga tas yang juga dapat memproduksi energi listrik.
"Kami menempatkan panel surya 60 watt di atas payung. Energi yang dihasilkan 18 volt, bisa dipakai untuk ngecas laptop dan handphone," kata Harri.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa Indonesia memiliki banyak sumber energi listrik ramah lingkungan, seperti air, matahari, angin, panas bumi dan biomassa.
"Dari kelima komponen itu, ke depan Indonesia harus swasembada energi dan tidak bergantung lagi terhadap energi fosil yang kotor," tandasnya.
Baca juga: PLN bakal kurangi penggunaan batu bara hingga 50 persen pada 2023
Baca juga: LEN dukung percepatan penggunaan energi surya nasional
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019