Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, menguat karena pelaku pasar berspekulasi membeli rupiah, akibat membaiknya pasar saham regional. Pelaku pasar mulai membeli rupiah, setelah sepanjang pekan lalu terpuruk yang terpicu oleh data manufaktur AS yang memburuk," kata analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta, Selasa. Nilai tukar rupiah naik menjadi Rp9.197/9.200 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.217/9.220 per dolar AS, atau menguat 20 poin. Menurut dia, pasar saham regional yang membaik antara lain indeks Nikkei Jepang yang mengalami kenaikan 1,4 persen, setelah survei Tankan Bank Sentral Jepang (BoJ) menunjukkan pada tiga bulan pertama tahun ini sentimen bisnis Jepang memburuk. Kondisi ini memicu pelaku melepas yen dan membeli dolar AS sehingga mata uang asing itu menguat menjadi 99,80, katanya. Rupiah, lanjut dia, apabila sentimen positif itu masih berlanjut, maka kenaikan akan terus terjadi sehingga kembali menjauhi angka Rp9.200 per dolar AS. "Kami optimis kenaikan rupiah juga didukung oleh masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar membeli dolar AS, sehingga kenaikan rupiah agak tinggi," ucapnya. Menurut dia, kenaikan rupiah diperkirakan hanya sesaat saja, karena pelaku melepas dolar AS hanya untuk mencari untung, apalagi rupiah sepanjang pekan lalu terpuruk. Pasar juga masih menunggu kelanjutan dari krisis keuangan global yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, apakah akan ada perusahaan keuangan AS yang akan mengalami keterpurukan. Karena itu, peluang rupiah ke depan kemungkinan akan semakin berat akibat berbagai tekanan akan muncul seperti pemilihan umum, ucapnya. Namun, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap mengawasi pergerakan mata uang Indonesia itu agar berada dalam batas yang aman. Apalagi BI juga memiliki cadangan devisa yang dinilai cukup besar, demikian Rully. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008