Bengkulu (ANTARA News) - Kawanan gajah liar yang berada dalam kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat keluar dari kawasan itu dan merusak 1.256 tanaman sawit milik PT Agricinal di Kecamatan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara dan satu pos jaga di sekitar perkebunan. Koordinator PLG Seblat, Aswin Bangun, Senin, mengatakan maraknya kegiatan perambahan liar membuat gajah merasa terganggu dan keluar dari dalam kawasan untuk mencari makan. "Apalagi hutan koridor sebagai jalan gajah dari kawasan PLG ke TNKS sudah terputus akibat perambahan sehingga lokasi tempat gajah mencari makan semakin sulit, akhirnya mereka keluar kawasan dan memakan tanaman sawit milik Agricinal," ujarnya. Tanaman sawit yang rusak tersebut bukan hanya milik PT Agricinal tapi ada juga milik masyarakat yang berada di sekitar pinggiran kawasan PLG. Aswin menjelaskan, serangan gajah liar tersebut sudah terjadi sejak pertengahan Februari lalu dengan jumlah gerombolan gajah yang keluar antara 50-60 ekor. Untuk mengatasi gangguan gajah liar tersebut pihak perkebunan sudah minta bantuan dari BKSDA untuk mengatasi gajah liar tersebut. Menanggapi pengaduan tersebut pihak BKSDA sudah mengirim tiga gajah binaan dan mendirikan pos di sekitar kawasan yang sering dimasuki gajah liar. Aswin mengatakan, maraknya gajah liar keluar dari kawasan karena habitat mereka terganggu dan bunyi gergaji mesin juga ikut membuat gajah keluar dari dalam kawasan. Gajah merupakan hewan liar yang mempunyai pendengaran yang cukup peka sehingga ketika ada bunyi gergaji mesin mereka akan berusaha menghindar dari dekat daerah tersebut. Ketika ditanya, ia mengatakan baru dalam dua bulan terakhir gajah liar dalam kawasan PLG keluar untuk mencari makan. Untuk mengatasi gangguan gajah liar tersebut, Aswin mengimbau masyarakat jangan terus membuka lahan dan menebangi hutan yang selama ini menjadi habitat gajah. Kegiatan penebangan liar itu tidak hanya menganggu gajah, tapi juga satwa liar dan buas lainnya seperti harimau, beruang dan mereka juga bisa masuk ke perkampungan penduduk.(*)
Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008