Oleh Desy Saputra Jakarta (ANTARA News) - Kris Biantoro (70) yakin kesuksesan dan ketenaran yang diraihnya tak lepas dari pengalaman peristiwa masa lampau yang saling berkaitan. "Itulah sebabnya, saya tidak pernah melupakan sejarah musik Indonesia, karena saya hidup dari musik dan bisa sukses juga karena musik," ujar Krisbiantoro yang nafasnya sedikit terengah-engah usai menyanyi dan menyalami ratusan tamu dalam perayaan ulang tahunnya ke-70 di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Jakarta, Sabtu (29/3). Kris mengungkapkan, Indonesia tercipta karena ada mata rantai sejarah yang tidak pernah putus. Oleh karena itu, ia sangat sedih bila banyak penyanyi masa kini melupakan sejarah musik Indonesia. Penyanyi dan pembawa acara senior itu mengatakan pengaruh globalisasi budaya dunia berakibat pada tumbuhnya gaya hidup "instant" dan tidak tersedianya tempat bertumbuh budaya lokal dan nasional. Hal itu yang kemudian dinilainyam, membuat generasi muda melupakan sejarah, termasuk sejarah musik Indonesia. "Saya sedih melihat penyanyi masa kini melupakan sejarah musik Indonesia. Saya ingin mereka juga tahu jaman dulu banyak pencipta menghasilkan lagu-lagu dengan syair dan musik yang bermutu dan indah," ujar pria kelahiran Magelang (Jawa Tengah) pada 17 Maret 1938 itu. Kris mengatakan, dalam sejarah musik Indonesia terdapat banyak sekali pencipta lagu yang lagunya sangat terkenal dan menjadi fenomenal. Sayangnya, kini mereka jauh dari perhatian, dilupakan, dan bahkan meninggal dalam keadaan merana dan papa. Pria yang pernah menerima penghargaan "Life Time Achievement Award" Panasonic Award 1999 itu mengaku prihatin melihat sebagian penyanyi tidak lagi mengenal Ismail Marzuki, Bing Slamet, dan Soetedjo. "Celakanya banyak artis yang tidak peduli lagi pada sejarah, terutama sejarah musik Indonesia. Kalau menyanyi ya menyanyi saja, tidak mengerti bagaimana lagu itu diciptakan, tidak menghayati dan tidak tahu siapa yang menciptakan lagunya," katanya. Sebagai bentuk perhatian dan penghormatan pada sejarah musik Indonesia khususnya para pencipta lagu, Kris menggagas ide menyanyikan kembali lagu-lagu mereka. "Ini ide yang sudah lama ingin diwujudkan. Bagi saya para pencipta lagu itu sangat berjasa membentuk karir saya hingga seperti sekarang," ujar pelantun lagu "Dondong Opo Salak" tersebut. Dalam "Album Emas Kris Biantoro" terdapat 20 lagu lama yang diaransemen ulang oleh Djanuar Iskak dan Didiek SSS. Prosesnya memerlukan waktu tiga bulan mulai pengumpulan materi lagu hingga selesai rekaman. Lagu tersebut di antaranya "Hanya Semalam" dan "Risau" ciptaan Bing Slamet, "Persembahanku" ciptaan Iskandar, "Pilih Menantu" ciptaan Ismail Marzuki, "Tak Kan Lari Gunung Dikejar" ciptaan Surni Warkiman, serta "Harum Bunga di Waktu Malam" ciptaan Soeharnoto. Sebagian besar lagu dalam album ini berirama jazz, pop, serta sedikit sentuhan Latin dan Country. Musisi Ireng Maulana dan Franky Sadikin juga turut membantu album ini, sedangkan penyanyi Tuti Maryati diajaknya duet dalam lagu "Tinggi Gunung Seribu Janji" karya Ismail Marzuki. Secara kemasan, album yang tersedia dalam bentuk cakram padat (CD) ini terlihat sederhana sekaligus unik. Sampul albumnya warna coklat muda, bergambar perangko dengan foto Kris mengenakan jas dan dasi kupu-kupu. Di dalam buku lagu, Kris menuliskan kenangannya terhadap setiap lagu. Misalnya, pada lagu "Tinggi Gunung Seribu Janji" , Kris membubuhkan catatan "Gambaran cinta kasih sejati muda-mudi di zaman perang". Kemudian dalam lagu "Senyum" ciptaan A. Oesman, Kris mengenang masa sekolahnya yang di masa depan membawanya sukses menjadi seorang entertainer Indonesia. Ia menulis "Inilah lagu yang paling keramat bagi saya. Saat itu saya duduk di kelas dua Kolase de Brito Yogyakarta (SMA). Sebagai anak Magelang rupanya saya belum dianggap sebagai anak Yogya. Saya diolok-olok dan diusir dari `Siaran Alam Pelajar` tahun 1957 di RRI Yogya karena dianggap tidak becus menyanyikan lagu itu." "Tapi, dari sini saya bersumpah menjadi penyanyi. Sumpah saya terbukti tujuh tahun kemudian, saya muncul dan sukses dengan lagu Dondong Opo Salak," ujarnya. Kini dalam usianya yang tak lagi muda, Kris mengaku lega telah meluncurkan album tersebut ke hadapan publik. Bagi Kris, menjadi artis bukan hanya piawai menyanyi atau menghibur orang di atas panggung. Artis juga memiliki tanggung jawab untuk memberi contoh positif pada masyarakat dan tidak terjebak dalam kehidupan hedonis seperti yang sering muncul di televisi. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008