Tokyo (ANTARA News) - Sejumlah media massa di Jepang baik televisi maupun cetak, Senin, menurunkan laporan mengenai oknum KBRI Tokyo yang menerima "uang terima kasih" dari biro perjalanan Jepang di halaman depan media tersebut. Koran terkemuka Jepang, Yomiuri Shimbun, dalam edisi berbahasa Jepang, Senin (31/3), memberitakan laporan berjudul "Staf Lokal Kedubes RI di Tokyo Terima Uang 20 Juta Yen" dengan huruf kanji yang besar. Berita yang sama juga termuat di laman Yomiuri Shimbun yang berbahasa Jepang. Namun pemberitaan yang sama tidak terdapat dalam edisi Yomiuri maupun situsnya yang berbahasa Inggris. Senin pagi, sejumlah staf dan diplomat di KBRI Tokyo juga dikejutkan dengan kedatangan kru dari Fuji TV di luar halaman depan KBRI yang mencegat satu persatu setiap orang yang hendak masuk ke kantor Kedubes RI itu. Kru Fuji TV itu menanyakan siapa orang Jepang yang bekerja di KBRI Tokyo, seperti yang dimuat dalam berita Yomiuri.Berita yang diturunkan Yomiuri tersebut bersumber dari dua perusahaan Jepang yang bergerak di bidang "tour & travel", yaitu Far East dan National Business Support (NBS). Kedua biro perjalanan itu hingga tahun 2006 telah membayar semacam "uang terima kasih" (rebate) melalui rekening pribadi seorang staf lokal berkebangsaan Jepang senilai 20 juta yen atau sekitar Rp1,66 miliar (dengan kurs 1 yen setara Rp80). Transfer dana itu berlangsung sejak lima tahun lalu berkaitan dengan proses pembayaran biaya visa. Far East memasukan dana sebesar 6 juta yen (Rp540 juta) dan NBS sebanyak 14 juta yen (Rp1,12 miliar). Sementara itu, Dubes RI untuk Jepang, Jusuf Anwar, yang sedang berada di Jakarta (mengikuti rapat kerja para dubes), sudah menginstruksikan Kepala Bidang Penerangan Ronny P Yuliantoro untuk segera memberikan penjelasan lengkap kepada koran tersebut. Ketika ditemui ANTARA News, Ronny Yuliantoro mengatakan bahwa pemberitaan itu sebetulnya sudah lama dan sudah medapat penanganan yang jelas di Jakarta. "Kasusnya sudah selesai, dan tidak relevan lagi sebenarnya untuk diangkat jadi berita. Kami sendiri jadi mempertanyakan apa motif Yomiuri dengan berita ini," kata Ronny yang sedang membuat surat penjelasan kepada editor Yomiuri sebagai upaya klarifikasi. Atase Imigrasi Mirza Iskandar mengatakan bahwa pelayanan visa saat ini sudah berbeda jauh dari sebelumnya. Informasi biaya visa juga sudah bisa diakses secara langsung dan terbuka, baik lewat internet maupun datang langsung ke KBRI Tokyo. "Tidak ada lagi pengkhususan pelayanan visa harus melalui biro perjalanan tertentu," kata Mirza. Bidang Imigrasi sendiri sejak 2006 akhir telah melakukan pembenahan besar-besaran untuk membenahi citra negatif yang sempat menyelimuti KBRI Tokyo.(*)
Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008