Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta sesi sore terus merosot mendekati angka Rp9.250 per dolar AS karena aksi lepas rupiah berlanjut akibat tekanan negatif yang terjadi di pasar.
"Merosotnya rupiah terhadap dolar AS karena pelaku masih memburu dolar AS terpicu yang terpicu oleh membaiknya mata uang asing itu di pasar regional," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Senin.
Rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.228/9.240 per dolar dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.205/9.228 per dolar atau turun 23 poin.
Menurut dia, rupiah juga mendapat tekanan pasar akibat melemahnya pasar saham regional menyusul merosotnya bursa Wall Street, karena adanya kekhawatiran bahwa krisis keuangan di AS dan Eropa masih akan berlanjut.
Karena itu kedepan, rupiah diperkirakan akan masih terpuruk lebih jauh, ujarnya.
Rupiah, lanjut dia kemungkinan akan bisa mencapai angka Rp9.300 per dolar AS pada pekan ini, melihat sentimen negatif semakin besar.
"Kami memperkirakan pasar masih tetap negatif yang mendorong rupiah terus terpuruk hingga di angka Rp9.300 per dolar AS," ucapnya.
Menurut dia, pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) harus tetap mengawasi pergerakan mata uang lokal itu agar tidak terpuruk lebih jauh, apalabi BI saat ini memiliki cadangan devisa yang cukup besar.
BI akan berusaha untuk mempertahankan rupiah pada level yang aman sehingga tidak memberikan respon negatif baik kepada para eksportir maupun importir, ucapnya.
Pertumbuhan ekonomi global yang melesu diperkirakan akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang akhirnya berimbas ke pasar uang khususnya rupiah akan makin melemah.
Jadi berbagai faktor baik internal maupun eksternal cenderung menekan rupiah merosot lebih jauh, apalagi kenaikan harga minyak mentah dunia terus berlanjut yang hampir mencapai 112 per dolar AS, demikian Kostaman Thayib.(*)
Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008