Jakarta (ANTARA) - Pengamat komunikasi dan politik nasional Emrus Sihombing mengingatkan jangan sampai jatah kursi menteri pada kabinet kerja Presiden Joko Widodo jilid II diberikan karena titipan dari petinggi partai politik pendukung, terutama kursi untuk menteri muda.

"Menteri muda selain independen juga bisa dari parpol pendukung. Tetapi jangan tokoh-tokoh muda dari partai yang diangkat hanya karena bapaknya ketua partai lalu disodorkan anaknya atau keluarganya, jangan lah. Saya melihat ada kecenderungan itu. Memang harus yang benar-benar hebat," kata Emrus yang juga Direktur Eksekutif Lembaga Emrus Corner saat dihubungi Antara di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Jokowi akui sudah minta nama-nama calon menteri ke partai koalisi

Baca juga: Presiden Jokowi butuh menteri yang berani

Emrus mengatakan sangat sah apabila calon menteri muda berasal dari parpol pendukung, namun harus yang benar-benar memiliki kapabilitas, integritas, dan jiwa kepemimpinan yang tinggi.

"Jangan-jangan dia sukses juga karena nempel dengan bapaknya, nah itu harus dikritisi, tapi bukan tidak boleh," tambah dia.

Menurut Emrus, jabatan menteri adalah hal yang sangat krusial dalam sebuah negara, dan tidak boleh menjadi bahan eksperimen oleh kepentingan-kepentingan sempit dari keluarga-keluarga dekat petinggi parpol pendukung.

Emrus sangat mendukung wacana Presiden Jokowi untuk merekrut usia muda menduduki kursi menteri kabinet. Karena menurut dia, usia muda dapat mengakselerasi pembangunan Indonesia dengan cepat.

"Menteri-menteri muda merupakan suatu hal yang penting. Kita harus akui tokoh-tokoh muda itu lebih inovatif, lebih kreatif, semangat kerja yang luar biasa, dan mereka sangat familiar dengan teknologi sehingga bisa berinteraksi secara global. Nah, kelebihan dari menteri muda ini tentu hal yang baik, untuk mempercepat dan mengakselerasi pembangunan kita," ujar Emrus.

Baca juga: JK: Partai suara terbanyak dapat kursi menteri yang memadai

Menteri dengan usia lebih tua, kata Emrus, belum tentu lebih dewasa dan lebih mumpuni daripada menteri dengan usia muda, karena menurut dia, kedewasaan dan kematangan berpikir seseorang tidak ditentukan dari usia, melainkan dari proses pembentukan diri selama sejarah kehidupan.

"Saya ambil contoh banyak pengusaha muda kita yang sukses dan memiliki aset hingga triliunan rupiah, nah keberhasilan itu bukankah menunjukkan kematangan dia dalam jiwa kepemimpinan dan mengelola usahanya. Andaikan saya disuruh memimpin itu belum tentu bisa, bakal rugi terus itu perusahaan," ucap Emrus.

"Banyak juga doktor-doktor muda kita yang masih di bawah 30 tahun bahkan memiliki jurnal-jurnal skala internasional, bekerja di luar negeri, suruh saja mereka pulang dan berikan jabatan menteri," tambah dia.

Emrus mengatakan, menteri muda harus memiliki beberapa syarat, yaitu keterampilan manajerial, kedewasaan berpikir, jiwa kepemimpinan, serta yang paling penting memiliki integritas dan loyalitas terhadap Pancasila di dasar hatinya.

Bila itu semua sudah terpenuhi, kata dia, maka sejatinya dia jauh lebih baik dari menteri yang berusia lebih tua.

"Jepang sudah 6.0, kita masih 4.0 dan itu pun masih harus berpacu mencapainya, nah generasi muda yang nanti duduk di kursi menteri bisa jadi akan melakukan loncatan-loncatan luar biasa di bidang pengelolaan negara maupun aspek manapun. Saya sangat berharap Presiden Joko Widodo sejatinya merealisasikan hal itu di dalam susunan kabinet jilid II yang akan datang," kata Emrus.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo mengisyaratkan pembentukan kementerian baru sesuai dengan kebutuhan dan tantangan zaman, salah satu upayanya adalah memberi tempat buat anak muda dengan rentang usia 20 s.d. 30 tahun masuk dalam kabinet periode keduanya.

Baca juga: Pengamat sarankan Jokowi cabut inspektorat tiap kementerian

Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019