Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah pada Senin pagi merosot menjauhi level Rp9.200 per dolar AS akibat aksi beli dolar oleh pelaku pasar, menyusul membaiknya mata uang asing itu di pasar regional. Merosotnya rupiah terhadap dolar AS, karena pelaku masih memburu dolar AS, terpicu oleh harga minyak mentah dunia yang berada di atas angka 100 dolar AS per barel (saat ini mencapai 104,58 dolar AS)," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga di Jakarta, Senin. Rupiah terhadap dolar AS turun menjadi Rp9.225/9.235 per dolar dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.205/9.228 per dolar atau turun 20 poin. Dikatakannya, rupiah diperkirakan pada sepanjang pekan ini akan berkisar antara Rp9.200 sampai Rp9.300 per dolar, karena masih tingginya tekanan negatif pasar. Mata uang lokal itu akan terus terpuruk, apalagi dana asing yang masuk ke pasar domestik kembali keluar untuk mencari pasar baru yang lebih baik. Pasar domestik untuk sementara sudah tidak menarik lagi, karena itu mereka mencari pasar yang dapat memberikan keuntungan lebih baik, katanya. Menurut Edwin yang juga Dirut PT Finance Corpindo, kekhawatiran terhadap krisis keuangan global masih tetap besar dan diperkirakan akan muncul lagi perusahaan keuangan yang mengalami kerugian. Krisis keuangan itu akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, karena itu rupiah akan terus tertekan, katanya. Selain itu ke depan rupiah juga akan makin terpuruk berkaitan dengan gejolak pemilihan umum (Pemilu) yang akan berlangsung 2009. Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) kemungkinan sudah memikirkan masalah itu lebih lanjut, sehingga rupiah tidak terpuruk lebih tajam, apalagi BI juga mempunyai cadangan devisa yang cukup besar, ucapnya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen menguat menjadi 99,60 dari sebelumnya 99,30, dan euro melemah terhadap dolar AS menjadi 1,5770 dari sebelumnya 1,5800. (*)
Copyright © ANTARA 2008