Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Wapres terpilih Ma'ruf Amin nantinya akan mengalami kesulitan untuk menggabungkan posisinya sebagai ulama dan umaro (penguasa) ketika menjalankan roda pemerintahan sebagai wapres.

" Ma'ruf Amin nanti dari ulama menjadi umaro, atau dua-duanya begitu kan, nanti sulit ini antara ulama dan umaro bergabung bersama," kata Wapres JK saat menghadiri Perayaan Milad Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke-44 di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Sabtu.

JK menekankan peran ulama dan umaro sangat penting untuk berjalan bersama, terutama keberadaan ulama untuk memberikan nasihat, pandangan dan saran kepada pemerintah dalam menyusun kebijakan untuk masyarakat.

Sehingga, apabila peran ulama dan umaro dijalankan oleh satu orang yang sama, maka fungsi ulama khususnya MUI sebagai jembatan kepentingan umat akan sulit dilaksanakan secara optimal.

Sejak didirikan tahun 1975, MUI telah memberikan banyak masukan kepada Pemerintah, baik itu di pusat atau daerah. Dengan sumbangan pemikiran dari para ulama itulah, pemerintah dapat berjalan dengan baik hingga saat ini, jelas JK.

"Terutama waktu zamannya awal-awal Pak (Buya) Hamka, bagaimana kerasnya pandangan dan nasehat MUI. Tapi tentu Pemerintah berterima kasih akan hal tersebut, karena hanya dengan nasehat dari MUI kita semua tentu dapat menjalankan bangsa ini sampai sekarang dengan sebaik-baiknya," kata JK.

Sementara itu, Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin dalam sambutannya mengatakan keterpilihannya sebagai wapres periode 2019-2024 sebenarnya merupakan keterpaksaan karena JK tidak lagi memenuhi syarat untuk menjadi wapres ketiga kalinya.

"Sebenarnya beliau mestinya yang jadi wapres; tapi karena tidak boleh, maka akhirnya terpaksa saya yang jadi wapres," kata Ma'ruf.

Ma'ruf pun merasa bangga karena dirinya merupakan ulama sekaligus ketua umum MUI pertama yang menjabat sebagai wapres di Indonesia,

"Saya kira harus disyukuri oleh MUI karena sepanjang sejarah belum pernah Ketua Umum MUI jadi wapres Republik Indonesia. Kita berharap mudah-mudahan ini jadi kebiasaan," ujarnya.

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019