Tokyo (ANTARA News) - Alokasi dana pemerintah untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) di tahun 2008 diperkirakan terus naik mencapai 15 miliar dolar AS atau setara Rp135 triliun, menyusul diperolehnya keuntungan tambahan (windfall) dari kenaikan harga minyak dunia yang melebihi 100 dolar AS per barel belakangan ini. Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro di Tokyo, Sabtu, mengemukakan hal itu berkaitan dengan besaran subsidi BBM yang akan dikucurkan pemerintah tahun ini. "Devisa negara yang diperoleh dari sektor energi sendiri diperkirakan pada tahun ini mencapai 30 miliar dolar AS, dan setengahnya akan dialokasikan untuk subsisi BBM," ujar Purnomo yang akan bertolak kembali ke Jakarta. Purnomo berada di Tokyo untuk menghadiri resepsi HUT ke-50 PT Pertamina yang digelar perwakilan Pertamina di Tokyo. Selain itu, Purnomo juga terlibat dalam negosiasi harga perpanjangan kontrak LNG dengan perusahaan gas Jepang. Kenaikan harga minyak dunia, katanya, tentu saja membuat harga gas dan juga komoditas pertambangan lainnya juga ikut naik. Hal itu juga membuat peningkatan devisa negara dari sektor energi. Jika kurs dolar senilai Rp9.000, maka devisa negara yang diperoleh dari sektor energi mencapai Rp270 triliun. Kenaikan devisa negara itu pun berimbas terhadap besaran subsidi BBM 2008 yang mencapai Rp135 triliun. Keuntungan tambahan dari kenaikan harga minyak per dolarnya diperkirakan mencapai Rp3,34 triliun, dengan asumsi kursnya mencapai Rp9.050 per dolar. Sebelumnya pemerintah telah mengajukan angka subsidi BBM pada revisi APBN 2008 sebesar Rp116 triliun. Jumlah itu dinilai Lembaga Kajian Reformasi Pertambangan dan Energi terlalu tinggi. (*)
Copyright © ANTARA 2008