Tokyo (ANTARA News) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro mengakui dirinya belakangan ini banyak mencurahkan perhatiannya pada dua persoalan serius, yaitu masalah kemungkinan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan lonjakan volume pemakaian BBM dalam negeri. "Semuanya gara-gara kenaikan harga minyak di pasaran dunia," kata Purnomo Yusgiantoro di Tokyo, Sabtu. Ia mengemukakan hal itu sesaat sebelum meninggalkan Tokyo menuju Jakarta. Purnomo berada di Jepang untuk menghadiri negosiasi harga perpanjangan kontrak LNG dengan perusahaan Jepang, sekaligus menghadiri resepsi HUT ke-50 PT Pertamina yang digelar kantor perwakilan Pertamina Tokyo. Ia pun menceritakan, melonjaknya harga minyak di pasaran dunia yang melampaui 100 dolar AS per barel telah membuat harga gas dan berbagai komoditas pertambangan ikut meroket. Diperparah lagi dengan melonjaknya volume pemakaian BBM di dalam negeri. "Jadi saat ini saya diperhadapkan pada dua pilihan, yaitu kemungkinan menaikkan harga BBM dan bagaimana menurunkan lonjakan konsumsi BBM nasional," ujar mantan Presiden OPEC itu. Ia mengakui kalau pemerintah saat ini mencatat keuntungan tambahan (windfall) dari kenaikan harga minyak dunia yang juga berujung pada meningkatnya devisa negara dari sektor energi dan sumber daya alam. Menurutnya, devisa negara dari sektor energi di tahun 2008 diperkirakan mencapai 30 miliar dolar AS atau setara Rp270 triliun (dengan asumsi 1 dolar senilai Rp9.000). Namun peningkatan tersebut juga mendorong pembengkakan pada besaran subsidi BBM yang disediakan pemerintah, yakni sebesar 15 miliar dolar atau sekitar Rp135 triliun. "Masalahnya, kalau menaikkan harga BBM maka harus dihitung betul risiko politik dan dampak sosialnya. Sementara upaya menurunkan konsumsi BBM tadi harus diatasi dengan diversifikasi energi," demikian Purnomo. Tidak heran saat memberikan sambutan pada saat resepsi Pertamina yang berlangsung di Hotel Imperial Tokyo, Kamis malam (27/3) lalu, Purnomo mengajak perusahaan-perusahaan energi di Jepang untuk membantu aktif upaya diversifikasi energi di Indonesia. Usai berpidato, Purnomo pun membungkukkan badannya dalam-dalam layaknya orang Jepang memberikan penghormatan kepada orang lain, yang langsung disambut tepuk tangan meriah 500 undangan yang hadir pada malam itu. Ketika ditanya soal komentar kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, Joachim Von Amsberg, yang menilai Indonesia tidak optimal dalam memanfaatkan peluang tingginya harga minyak mentah dan komoditas energi lainnya, Purnomo hanya berkomentar singkat. "Bilang saja saya lagi menyiapkan strategi untuk dua pilihan yang sulit itu," kata Purnomo lagi. Amsberg, Rabu (26/3) lalu, juga mengatakan, peningkatan pendapatan yang berasal dari tingginya harga minyak mentah tidak dibelanjakan dengan efektif. Subsidi bahan bakar minyak tidak tepat sasaran justru mendorong konsumsi dan tidak pro rakyat miskin.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008