P (ANTARA) - Pedagang minuman tradisional di Kawah Ratu Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, tidak melihat tanda-tanda apapun sebelum gunung api itu mengalami erupsi pada Jumat sore (26/7).
Saat Tangkuban Parahu mengalami erupsi dan melontarkan abu vulkanik yang membuat langit menjadi gelap Ajat (67), yang sudah berdagang di kawasan Tangkuban Parahu sejak tahun 1989, sedang melayani pembeli.
"Saya santai saja, saya enggak panik, saat abu sudah menyebar, saya inisiatif ambil kain, terus dibasahin, lalu mulut dan hidung saya ditutup kain," kata Ajat saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu, Sabtu.
Ajat mengaku sudah tiga kali menyaksikan Gunung Tangkuban Parahu meletus. Saat gunung api itu meletus pada Jumat sore, dia baru meninggalkan daerah kawah saat melihat asap putih keluar dari kawah gunung.
"Saya enggak lari, santai saja, lihat di kawah meletus, terus gelap, kondisi saya santai dulu, asap keluar putih baru (saya) keluar," kata dia, menambahkan,"Terus ada mobil minibus gitu, saya ikut (turun)."
Sehari setelah erupsi, Tangkuban Parahu belum boleh dikunjungi oleh wisatawan. Abu vulkanik yang tebalnya sampai 10 cm menutupi kawasan wisata itu.
Gunung Tangkuban Parahu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, mengalami erupsi pada Jumat (26/7) pukul 15.48 WIB, melontarkan abu vulkanik dengan tinggi kolom abu kurang lebih 200 meter di atas puncak atau kurang lebih 2.284 meter di atas permukaan laut.
Baca juga:
Tangkuban Perahu ditutup untuk wisatawan
Warga diminta waspadai embusan gas vulkanik Tangkuban Parahu
Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019