Bojonegoro (ANTARA News) - TKI asal Desa Ngrandu Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro, Jatim, Qodi bin Salikin (38 ), yang bekerja di Qatar dan meninggal pada 8 Maret lalu, tetap diminta keluarganya agar jenasahnya bisa dipulangkan."Tetapi bagaimana caranya keluarga tidak tahu, hanya bisa mengadu ke Penyalur Tenaga Kerja Indonesia ( PJTKI ) yang menyalurkan dan Disnakertrans agar ikut membantu," kata salah seorang keluarganya, Sugeng, kepada ANTARa News, Sabtu (29/3 ).Sugeng mengaku keluarganya di Desa Ngrandu Kec. Kedungadem, mendengar meninggalnya Qodi dari salah seorang TKI asal Indonesia yang juga bekerja di Qatar.Setelah mendengar khabar itu, keluarga mengadu ke PJTKI yang memberangkatkan Qodi. Tetapi, karena hanya diminta menunggu selanjutnya keluarga mengadu ke Disnakertrans Bojonegoro, juga keluarga diminta menunggu. "Proses bisanya pulang bagaimana, keluarga juga tidak tahu," katanya. Qodi meninggal 8 Maret 2007 lalu pukul 01.00 waktu Qatar. Menurut Sugeng,. Keluarga tidak tahu pasti penyebab meninggalnya Qodi. Hanya informasi yang diterima Qodi meninggal karena sakit. Namun katanya, jenasah Qodi belum bisa dipulangkan ke tanah air, karena masih harus divisum kepolisian setempat. Alasannya, ketika ditemukan meninggal di sakunya ada bubuk putih. "Tetapi sebenarnya bukan bubuk terlarang, tetapi semacam jimat yang diberi orang pintar sebelum berangkat bekerja di Qatar," jelasnya. Dari informasi yang diterima keluarga jenasah, Qodi meski sudah 20 hari meninggal masih belum dikuburkan dan masih disimpan di RS setempat. Dijelaskan, Qodi berangkat menjadi TKI melalui sebuah PJTKI di Bojonegoro yang dipimpin Budiono Sudjono. Sesuai kontrak dia, bekerja setahun sebagai tukang kebun di Qatar sejak Juni 2007 lalu dan seharusnya kembali pada Juni 2008 ini. "Bagi keluarga yang penting jenazahnya pulang dulu ke Bojonegoro. Soal asuransi dan sebagainya itu urusan belakang," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008