Beijing (ANTARA News) - Pemerintah Mongolia menyatakan minatnya belajar mengelola sektor pertambangan dari Indonesia, yang mereka nilai berpengalaman dalam menggali berbagai potensi sumber daya alam."Mongolia menyatakan ingin belajar sektor pertambangan dari Indonesia dan keinginan itu kita sambut baik dan akan ditindaklanjuti," kata Dubes RI untuk China Sudrajat, di Beijing, Sabtu.Menurutnya, keinginan tersebut disampaikan pemerintah Mongolia melalui KBRI Beijing menyusul negara itu semenjak akhir tahun lalu berada di bawah wewenang KBRI Beijing setelah sebelumnya merupakan wewenang KBRI Moskow. KBRI Beijing sendiri, kata dubes, juga telah menjajaki berbagai peluang meningkatkan kerjasama diplomatik dan ekonomi dengan Mongolia, antara lain dengan menawarkan berbagai potensi pariwisata Indonesia kepada masyarakat Mongolia. "Selain soal pertambangan, sektor pariwisata juga menjadi minat tersendiri bagi masyarakat Mongolia untuk bisa mengunjungi berbagai obyek wisata yang tersebar di Indonesia," katanya. Untuk meningkatkan hubungan diplomatik kedua negara, Dubes Sudrajat menurut rencana Juni 2008 akan mengunjungi Ulan Bator, ibukota Mongolia, untuk bertemu para pejabat negara tersebut. Rencana semula, katanya, Menlu Hassan Wirajuda pada bulan itu akan mengunjungi Ulan Bator untuk bertemu dengan para pejabat tertinggi negara itu. "Tapi rencana kunjungan itu tampaknya tidak jadi mengingat kesibukan Menlu Hassan dalam tugasnya," katanya. Mengenai rencana kunjungan Dubes Sudrajat ke Ulan Bator, ia menyebutkan merupakan kunjungan penting dan strategis untuk meningkatkan hubungan diplomatik Indonesia-Mongolia, menyusul negara itu berada dalam wilayah KBRI Beijing. "Saya akan mencoba meningkatkan dan menjajaki berbagai peluang yang bisa dikerjasamakan antara kedua negara, seperti investasi, pariwisata dan ekonomi," katanya. Untuk saat ini KBRI untuk Mongolia berada di Beijing, sehingga semua fungsi politik, hukum, keamanan, sosial dan budaya, serta ekonomi semuanya dikendalikan dari KBRI di Beijing.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008