Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Jumat sore, berkutat di level 9.200 per dolar AS, karena minimnya insentif pasar yang mempengaruhi nilai tukar mata uang Indonesia itu akhir pekan ini. Menurut Direktur Utama PT Finance Corpindo, Edwin Sinaga, stagnasi rupiah itu terutama karena pasar dalam negeri saat ini yang "kering" insentif, baik negatif maupun positif, selain pasar global yang juga tengah lesu. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini bergerak di kisaran 9.200/9.205 per dolar AS, tidak beranjak dari posisi penutupan pada hari sebelumnya 9.200/9.210 per dolar AS. Ia mengatakan, rupiah sulit bergerak karena kegiatan pasar agak lesu. Sebagian pelaku asing juga sudah mengalihkan dananya ke pasar komoditas untuk mencari gain (keuntungan) yang lebih menarik ketimbang ke pasar domestik. Pasar domestik saat ini dinilai kurang menarik, setelah mengalami rally yang cukup lama, ujarnya. Rupiah, lanjut Edwin Sinaga, tidak akan bergerak jauh, masih berada dalam kisaran sempit karena investor asing yang merupakan pendorong utama, memfokuskan perhatian pada pasar lain. Ditanya mengenai melesunya kegiatanya pasar, menurut dia, karena melambatnya pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini terjadi karena krisis keuangan di Amerika Serikat dan Eropa yang mengimbas kawasan Asia, khususnya Indonesia, kecuali ekonomi China dan India masih tumbuh di atas 10 persen, ucapnya. Rupiah, menurut kemungkinan akan terpuruk, apabila harga minyak mentah dunia secara mendadak naik tajam yang sebelumnya diperkirakan akan bisa mencapai 125 dolar AS per barel. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008