Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Al Azhar Indonesia Prof Asep Syaifuddin mengatakan lembaga manajemen talenta (LMT) yang akan dibuat oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus disinkronkan dengan kelembagaan pendidikan dasar dan menengah.
"Bila itu tidak dibenahi, saya duga akan begini-begini saja. Dengan adanya LMT ini, sebaiknya di level menengah itu tidak perlu ada Sekolah Menengah Kejuruan. Tetapi cukup Sekolah Menengah Atas tetapi cukup dua tahun saja," ujar Asep di Jakarta, Jumat.
Bahkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga cukup dua tahun. SMK saat ini hanya akan mendidik orang jadi tukang, tetapi tukang teknik pada masa lalu. Hal itu dikarenakan begitu cepatnya perubahan teknologi yang sulit dikejar oleh SMK tiga tahun dengan kurikulum baku dan kaku, tidak ikut perubahan zaman.
Baca juga: Menristekdikti: Lembaga manajemen talenta akan bentuk wirausaha muda
"Jadi SMK ini dapat dihilangkan dan fungsinya bisa diambil alih oleh LMT yang juga mengkoordinir balai-balai pendidikan non formal." katanya.
Adapun materi pendidikan di SMP hingga SMA itu lebih berbobotkan kreativitas, kerja sama, bahasa Inggris, dan satu bahasa asing lainnya serta penguatan ilmu pengetahuan dasar dan teknologi.
Di LMT dan balai pendidikan non formal, bisa masuk materi-materi yang sedang dibutuhkan saat itu, sehingga tidak perlu tiga tahun, tetapi satu tahun sudah cukup.
Adapun mereka yang akan masuk ke universitas, masuk ke perguruan tinggi level 0 (O-level) dengan kurikulum ilmu dasar sebelum program sarjana.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebutkan pihaknya akan memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia (SDM) pada periode kedua pemerintahannya.
Oleh karena itu, Jokowi akan membangun lembaga manajemen talenta Indonesia. Selain itu, juga akan meningkatkan kualitas pendidikan.
Baca juga: Pengamat yakinkan lembaga manajemen talenta dorong kemajuan bangsa
Baca juga: Bekraf: Lembaga Manajemen Talenta jembatani pendidikan dan industri
Pewarta: Indriani
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019