Jambi (ANTARA) - Kepolisian Daerah (Polda) Jambi memberikan bimbingan konseling psikologi kepala sepuluh orang rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) yang terjaring dan ikut kelompok Serikat Mandiri Batanghari (SMB) yang pada 13 Juli 2019 telah melakukan tindakan pidana atau melanggar hukum dengan menganiaya, menjarah atau mencuri dan melakukan perusakan terhadap anggota Satgas Karhutla Jambi dan kantor PT WKS di Distrik VIII Kabupaten Tanjungjabung Barat.
"Kami dari pihak Polda Jambi memberikan pendampingan dan konseling psikologi kepada seluruh tahanan di rutan Mapolda Jambi termasuk kepada anggota SMB dan SAD yang terlibat tindak pidana beberapa waktu lalu," kata Kabag Psikologi Ro SDM Polda Jambi AKBP Fitria, di Jambi Jumat.
Baca juga: Suku Anak Dalam Jambi diduga jadi tameng kejahatan SMB
Pendampingan ini diberikan bentuk kepedulian Kapolda Jambi, Irjen Pol Muchlis terhadap tahanan yang ada di Rumah Tahanan (Rutan) Mapolda Jambi. Dan tidak hanya anggota SMB saja tetapi seluruh tahanan juga mendapat perlakuan yang sama dan mereka selain mendapat pendampingan psikologi, para SAD ini juga mendapatkan perhatian dalam segi kesehatannya.
"Pendampingan psikologi ini tidak hanya kepada tersangka saja, tetapi keluarga dari tersangka bahkan korban sekalipun kita berikan pendampingan psikologi," kata Fitria.
Baca juga: Aparat bongkar bangunan kelompok SMB
Tujuan pendampingan psikologi dan kesehatan ini untuk memberikan hak-hak yang patut mereka terima. Walapun mereka ini ditahan namun yang ditahan itu perbuatannya sedangkan individunya tidak semuanya jelek jadi perlu pendampingan psikologi.
Dijelaskannya, pendampingan psikologi ada beberapa tahapan yakni perkenalan, pendampingan secara kelompok dan pendampingan secara induovidu.
Nantinya, dari hasil konseling ini diharapkan kelompok ini bisa bercerita tidak hanya yang berkaitan dengan kasus, tetapi juga yang berkaitan dengan kehidupannya yang jauh dari keluarga.
"Walaupun mereka ini tersangka, tetapi kita tetap perlakukan sebagai manusia sebagaiman mestinya," kata Fitria.
Dari hasil koseling secara umum, Suku Anak Dalam (SAD) ini masih memiliki tekanan dan ketika didalami persoalan itu ternyata berkaitan dengan keluarga.
"Karena kondisi yang cukup jauh, hingga saat ini keluarga dari SAD ini belum ada yang besuk dan kelompok SAD ini memikirkan bagaiman dengan nasib istri dan anak-anak yang ditinggalkan," kata Kabag Psikologi RO SDM Polda Jambi, AKBP Fitria.
Disampaikan Fitria juga bahwasanya dari sebahagian SAD ini ada yang menyampaikan penyesalan karena seharusnya mereka tidak ikut-ikutan dalam aksi kriminalitas yang dilakukan oleh Muslim dan mereka berjanji dengan kejadian ini kedepannya akan berpikir lebih jauh lagi sebelum bertindak.
Pewarta: Nanang Mairiadi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2019