Anak-anak dari BKB PAUD Al-Amin Cipayung, Jakarta Timur, dan Jari Kecil Child Care Center Pondok Gede, Bekasi, belajar menggunakan bahan ajar kesiapsiagaan bencana tsunami dalam buku yang dikembangkan oleh pendiri Yayasan Rumah Komunitas Kreatif Ella Yulaelawati bersama The New Zealand Aid Programme.
Ella mengatakan bahwa bahan ajar kesiapsiagaan bencana untuk peserta PAUD berbeda isinya dengan bahan ajar dengan materi serupa untuk anak-anak pada umumnya karena peserta PAUD belum bisa membaca.
Buku bahan ajar kesiapsiagaan bencana tsunami untuk PAUD yang ditujukan untuk mengasah kemampuan kognitif dan berbahasa anak meliputi materi pengenalan terhadap bencana tsunami, termasuk penyebab dan proses terjadinya tsunami.
Dalam uji coba bahan ajar tersebut, guru menyampaikan penjelasan mengenai bagaimana tsunami muncul serta bahaya yang datang bersama ombak besar dan kecil. Guru juga menjelaskan kepada peserta PAUD mengenai apa saja yang harus dilakukan jika tsunami terjadi.
"Siapa yang tahu tsunami seperti apa? tanya Rohaya, guru PAUD yang terlibat dalam uji coba bahan ajar kesiapsiagaan bencana tsunami.
Rohaya, yang menyampaikan penjelasan secara interaktif dan menyelinginya dengan mengajak anak-anak bernyanyi, menggunakan buku bahan ajar yang lebih besar khusus untuk guru.
Anak-anak cukup antusias mengikuti uji coba penggunaan bahan ajar tersebut. Beberapa menjawab spontan saat ditanya mengenai tsunami.
Penerapan bahan ajar juga mencakup praktik pemodelan tsunami menggunakan bahan dan alat sederhana seperti kertas koran, air, adonan tepung, pasir, dan kerikil.
Ella mengembangkan bahan ajar kesiapsiagaan bencana untuk PAUD terkait gempa-tsunami, tanah longsor, banjir, dan gunung meletus. Saat ini, baru bahan ajar kesiapsiagaan bencana tsunami yang selesai dibuat dan sedang diujicobakan.
Setelah bahan ajar pengenalan bencana tsunami, Ella mengatakan, akan dibuat pula bahan ajar yang menyentuh sisi sosial-emosional terkait bencana untuk mengajarkan kepada anak-anak bagaimana hidup berdampingan dengan orang lain dan menempatkan diri di posisi orang lain.
"Harus hati-hati membentuk karakter, empati mereka. Nanti diarahkan pembinaan karakter, diajarkan kosakata, sosial-emosional, kesetiakawanan, empati,” lanjutnya.
Baca juga:
LIPI siapkan peta rendaman tsunami skala 1:10.000
Trenggalek latih warga pesisir menjadi kader tanggap tsunami
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019