Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perindustrian (Depperin) mengimbau agar instansi pemerintah menggunakan seragam berbahan campuran serat rami guna mendorong pengembangan serat alam itu di tengah mahalnya bahan baku tekstil, baik kapas maupun polyester. "Kami berharap instansi pemerintah yang menggunakan seragam menggunakan bahan berbasis serat rami," ujar Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka (ILMTA), Anshari Bukhari, di Jakarta, Jumat. Dikatakannya serat rami bisa menjadi bahan baku alternatif industri tekstil dan produk tekstil di tengah tingginya harga kapas dan benang berbasis minyak mentah. Apalagi tanaman rami dengan nama latin "boehmeria nivea l goud" bisa tumbuh di Indonesia. "Serat raminya tidak harus dipakai 100 persen, cukup 10 persen untuk bahan tambahan saja," ujarnya. Pemakaian seragam instansi pemerintah berbasis serat rami diyakininya akan membantu tumbuhnya pasar yang mendorong pengembangan benang rami di Indonesia. Anshari bahkan mewacanakan penggunaan bahan campuran serat rami untuk seragam pegawai Depperin yang mencapai sekitar 6.000 orang. "Kalau satu orang saja membutuhkan enam meter bahan bercampuran serat rami, maka ada permintaan bahan sekitar 36 enam ribu meter," katanya. Tanaman serat rami sendiri pernah dikembangkan antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan, namun belum berkembang dengan baik. Saat ini Depperin bekerjasama dengan Pemda Wonosobo dan Koperasi Industri Serat Alam (Kopserindo) mendirikan unit percontohan pengolahan serat rami. Selain itu Balai Besar Tekstil Depperin bekerjasama dengan sejumlah industri TPT seperti PT Sritex, dan Famatex, juga mengembangkan serat rami menjadi bahan baku tekstil. PT Sritex telah menggunakan bahan serat rami untuk seragam PDL (pakaian dinas luar) TNI-AD dan PT Famatex bekerjasama dengan Balitbang Dephan membuat PDH (pakaian dinas harian) TNI-AU. Selain itu juga dijalin kerjasama PT Agrina Wonosobo dengan Koppotren Darussalam dalam pengembangan mesin pengolah rami seperti decorticator, cutter, dan degumming.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008