Jakarta (ANTARA News) - Merger dan akuisisi merupakan jalan keluar terbaik bagi perusahaan penerbangan dalam negeri untuk menyelamatkan perusahaan tersingkir dari pasar sekaligus menyelematkan aset perusahaan. "Di banyak negara industri penerbangan yang keluar dari pasar tidak ada masalah karena ada proses merger dan akuisisi, sehingga ada pemain baru dan aset sumber daya manusia dan peralatan bisa tetap diproduktifkan," kata Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Muhamad Iqbal, di Jakarta, Jumat. Iqbal menilai jumlah perusahaan penerbangan di Indonesia sudah terlalu banyak, bahkan di negara lain pemainnya tidak sebanyak di Indonesia. Merger dan akuisisi bagi perusahaan penerbangan yang kalah bersaing dan tersingkir dari pasar tentu tidak akan meresahkan karyawan karena aset bisa dilimpahkan. Dia mengatakan, industri penerbangan Indonesia sebenarnya sudah cukup baik. Jika ternyata jumlah perusahaan penerbangan cukup banyak maka akan ada seleksi alam dan merupakan hal yang biasa jika ada yang tersingkir. Untuk saat ini tidak bisa dipastikan berapa jumlah yang pas, tetapi yang pasti jumlahnya terlalu banyak. "Bagi maskapai yang tidak `survive` maka jalan keluarnya merger dan akuisisi," ujarnya. Menurut dia, dengan hilangnya satu maskapai penerbangan di Indonesia seharusnya dengan cara akuisisi akan tergantikan dengan yang lain sehingga kapasitas penerbangan domesitik tidak perlu terganggu. Kekeliruan cara berpikir jika ada satu perusahaan yang keluar dari pasar seolah-olah akan kurang kapasitas, padahal akan ada penggantinya dan lebih berkembang. Jika harga-harga tiket pesawat naik akibat berkurangnya kapasitas penerbangan, menurut dia, hal tersebut hanya fenomena sesaat karena begitu ada maskapai baru yang masuk, harga akan diturunkan untuk merayu pasar. Iqbal mengatakan selama ini KPPU belum pernah menerima data dari Departemen Perhubungan bahwa selama ini maskapai menjual rugi tiket-tiketnya, karena sebenarnya cuma beberapa kursi saja yang dijual murah. "Jika ada maskapai yang rugi karena menjual tiket murah berarti manajemennya tidak bagus," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008